Bagi yang sibuk tidak perlu menunggu, asal mau bolak-balik. Ambil nomor, lalu tinggalkan. Datang lagi pas waktu penyerahan resep sesuai nomor antrean, setelah itu tinggalkan lagi. Kembali ambil obat sore atau besoknya.
Saya tidak begitu, karena tidak sibuk dan punya banyak waktu luang.Â
Berlama-lama di apotek adalah sebuah rekreasi atau mencari suasana berbeda untuk mendapatkan inspirasi menulis.
Nah yang hendak diceritakan adalah keprihatinan saya, kenapa untuk menebus obat tanggungan BPJS perlu waktu berjam-jam.
Ratusan pengantre umumnya adalah pengambil obat untuk penyakit kronis. Sebagian besar sudah tidak muda. Beberapa menggunakan tongkat. Lainnya berjalan tidak lurus terhuyung-huyung.
Petugas tampak terbatas: dua orang penerima resep, apoteker, dan beberapa orang bagian pengemasan obat (tidak dapat dihitung sebab tidak terlalu kelihatan).
Terinformasi bahwa apotek di Kota Bogor yang bisa melayani resep BPJS ada 4 lokasi.
Terkait lamanya antrean obat, paling tidak ada dua keheranan saya.
Pengambilan Nomor Antrean
Potongan kartu yang ditulis dengan spidol diambil secara manual dari pagi buta. Beberapa orang mengambil lebih dari satu nomor antrean, entah alasannya apa, dan mereka belum tentu datang tepat waktu.
Itu menjelaskan, mengapa saya terlewat meski memegang nomor besar yang mestinya belum tiba waktunya dipanggil.
Hari gini mestinya bisa dibuat mekanisme atau aplikasi antrean secara online, demi otomatisasi antrean dan mempercepat pelayanan.