Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sengkarut PPDB Kota Bogor dan Pelestarian Perbuatan Curang

7 Juli 2023   13:13 Diperbarui: 11 Juli 2023   13:28 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bima Arya Wali Kota Bogor mengecek alamat peserta PPDB (tangkapan layar dari akun Instagram @bimaaryasugiarto)

Mudah-mudahan sengkarut PPDB zonasi tersebut dapat segera diselesaikan.

Di balik semua kecurangan dalam penerimaan anak didik baru, terdapat sebuah fenomena menyedihkan. Betapa anak-anak telah "belajar" dan "meniru" perbuatan curang dari sejak usia dini.

Manipulasi dilakukan oleh orang dewasa. Melibatkan orang tua, para pemangku amanat, dan --bisa jadi-- para guru. Boleh jadi juga melibatkan sejumlah uang suap demi melantaskan perbuatan curang.

Praktik perbuatan curang di depan mata terekam oleh anak-anak, dengan kemungkinan dilestarikan ketika mereka dewasa.

Hal yang patut membuat khawatir, anak-anak calon peserta didik sekolah menengah tumbuh di tengah lingkungan perbuatan curang.

Muncul dugaan, mereka akan mengingat dan meneruskan kebiasaan berbuat curang, seperti:

  • Manipulasi data.
  • Suap menyuap demi memperoleh kemudahan.
  • Membuat data fiktif.
  • "Menjual" kewenangan untuk perbuatan curang.
  • Menganggap perbuatan curang sebagai satu hal lazim.

Dimensi perbuatan korup bisa berkembang lebih dari bayangan saya di atas.

Fenomena indikasi kecurangan PPDB zonasi Kota Bogor di atas memunculkan kegelisahan, mungkinkah perilaku korup bisa dikikis dari bumi Pertiwi?

Saya ragu, mengingat kecurangan melingkar di sekitar anak-anak didik. Lingkungan subur tempat perbuatan curang menjamur.

Satu saat mereka berada pada posisi memegang amanah, menduduki jabatan publik, atau menjadi anggota dewan. Di situ tumbuh anggapan, korupsi adalah lumrah. Perbuatan yang tidak akan memiskinkan. Bertambah kaya, iya.

Maka pada waktu itulah perbuatan curang akan terus langgeng. Perilaku korup bakal lestari, kendati berkali-kali dibentuk pranata pemberantasan korupsi. Tidak mempan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun