Saya ingat, 5 atau 6 tahun lalu harga jambu kristal di Pasar Anyar Kota Bogor berkisar antara Rp20-25 ribu per kilogram.
Informasi terakhir, di satu marketplace harga jambu kristal berkisar antara Rp8 ribu hingga Rp15 ribu per kg. Tidak jauh dari tempat ngopi, pedagang di atas motor menjual jambu biji Rp12,5-15 ribu per kg.Â
Danny menjualnya dengan harga Rp10 ribu. Tidak mengherankan, banyak pelintas berhenti untuk membeli. Spanduk terpasang mengundang pembeli.
Artinya, Danny menawarkan jambu kristal dengan harga bersaing.
Selanjutnya, berdagang itu sendiri membutuhkan kemauan, kesempatan, dan nyali kuat menepikan gengsi. Paling penting hasil akhirnya, yakni ada selisih untuk mengongkosi hidup.
Menurut pengakuan Danny, dalam sehari ia menjual hingga 2 kuintal. Bak mobil bisa memuat 2-3 kuintal jambu kristal.
Singkat cerita, dari perbincangan pagi di bawah pohon manggis tepi jalan kolektor saya memetik beberapa pelajaran, yaitu:
- Berdagang adalah memindahkan barang dari satu sumber, ke tempat lain yang memerlukan atau kekurangan barang tersebut.
- Harga jual akhir meliputi harga perolehan, ongkos-ongkos dan laba wajar.
- Terdapat kesempatan untuk berdagang. Sekalipun bukan berupa toko, berjualan di atas mobil parkir di pinggir jalan bisa juga menjadi alternatif. Untuk sementara abaikan ihwal legalitas dan pungutan liar.
- Tentu saja meletakkan barang dagangan di tempat strategis dengan cukup pelintas.
- Melepaskan diri dari belenggu gengsi.
- Memiliki kemampuan dan kemauan.
- Menjual dengan harga bersaing.
Demikian kurang lebih kiat dan semangat dalam menangkap peluang usaha. Disampaikan oleh Danny, penjual jambu kristal dengan lapak berupa bak mobil yang parkir di tepi jalan.
Menurut hemat saya, kemauan dan nyali membuang gengsi tersebut merupakan modal utama bagi pedagang. Atau buat mereka yang merintis usaha menjual barang dan jasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H