Saya lupa dalil pun nama pengkhotbah tersebut. Menelusuri mesin pencari, menemukan surah Hud ayat 6, di bawah ini.
Jaminan rezeki juga disampaikan melalui Surat Asy Syuura ayat 27, sebagai berikut.
Jadi dengan dua ketetapan di atas, sebetulnya saya tidak perlu mencemaskan tentang rezeki. Allah SWT telah mengatur rezeki sesuai takaran yang dikehendaki-Nya.
Tugas manusia sebagai makhluk-Nya adalah mencari penghidupan agar menghasilkan rezeki halal. Bukan meminta-minta atau berdiam diri sembari menunggu jatuhnya rezeki dari langit.
Apalagi mengharapkan rezeki dari dukun yang katanya bisa menggandakan uang. Meminjam istilah dari Asmuni (alm), itu satu hil yang mustahal!
Lagi pula mesti disadari bahwa rezeki tidak melulu berkaitan dengan (banyak) uang. Hubungan baik dengan teman, keluarga sehat, bisa bernapas, menikmati sinar matahari pagi, berpuasa dan beribadah lainnya adalah sebagian dari rezeki yang dijanjikan Allah SWT.
Dengan dasar itu, selama hayat masih dikandung badan sebisa mungkin saya bergerak demi memperoleh rezeki halal. Berusaha dengan taklupa: berdoa.
Perkara besar kecilnya, Allah SWT telah mengatur.
Maka, Ramadan menjadi kesempatan menguatkan iman. Salah satunya agar dijauhkan dari pikiran irasional, yang percaya kepada dukun pengganda uang dan sejenisnya.