Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Inilah Ujian Berat selama Beribadah Puasa

30 Maret 2023   21:05 Diperbarui: 30 Maret 2023   21:08 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar kopi oleh congerdesign dari Pixabay

Ujian berat selama menjalankan ibadah puasa adalah ketika berada di proyek. Panas terik. Lelah. Itu tidak seberapa. Ada yang lebih parah.

Puasa di bulan Ramadan merupakan puasa wajib bagi yang memenuhi syarat: ia adalah seorang muslim atau muslimah, sudah baligh, memiliki akal yang sempurna, kuat menjalankan ibadah puasa, dan mengetahui awal bulan Ramadan.

Hal yang harus dipenuhi untuk sahnya puasa disebut rukun puasa meliputi: niat dan menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa (dari mulai terbit hingga terbenamnya matahari).

Penjelasan lengkap termasuk dalil-dalil serta perkara yang membatalkan dapat dibaca di: sini dan sini.

Puasa bukan hanya menahan lapar, haus, dan segala perkara yang dapat membatalkannya, tapi juga merupakan ujian melatih kesabaran bagi yang menjalankannya. Artinya, melaksanakan ibadah puasa harus ikhlas, sabar menghadapi ujian, mampu menahan amarah, dan tidak melakukan hal-hal yang menodai.

Beberapa tahun lalu, saya mengalami ujian berat menjalankan ibadah puasa selama proses penyelesaian pekerjaan fisik milik pemerintah.

Lah kegiatan proyek kok dilaksanakan pada bulan Ramadan?

Begini. Proses penawaran hingga pelaksanaan pengadaan barang dan jasa milik Pemerintah Daerah (selanjutnya disebut proyek) biasanya terealisasi mulai pertengahan tahun. Terbanyak mulai triwulan ketiga. Jadi jelang akhir tahun proyek menumpuk.

Di waktu berbeda, mendekati bulan puasa adalah masa yang "rame" penawaran (bidding) proyek. Pelaksanaannya bisa jadi jatuh pada awal Ramadan dan selesai menjelang lebaran.

Alhasil, menyelesaikan proyek fisik di bulan puasa penuh dengan ujian. Bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi ada ujian yang: meruntuhkan kesabaran, memancing amarah, dan menodai kekhusyukan puasa.

Pekerjaan tersebut ditawarkan kepada siapa saja yang memenuhi kualifikasi. Itu teorinya.

Sejatinya untuk mendapatkan proyek perlu jalur yang melibatkan koneksi dan uang. Ssstttt..., ini rahasia: tanpa kenalan orang dalam dan amplop (di muka atau dijanjikan/commitment fee), maka perolehan proyek dengan cara lempeng hanya berupa jujur kacang ijo.

Selama proses perolehan, pelaksanaan, pemeriksaan, sampai dengan penagihan -mau tidak mau suka tidak suka- harus merogoh kocek. Kalau tidak, perjalanan bakal menempuh jalan terjal berbatu dan beronak-duri.

Jumlah keseluruhan "uang setan" itu bervariasi, 2,5 hingga 10 persen dari nilai pekerjaan setelah dipotong pajak-pajak. Itu termasuk perbuatan suap, bukan?

Di lapangan. Para pekerja ada yang berpuasa, ada yang tidak. Kalau soal orang makan atau minum, tidak jadi soal. Saya tahan menghadapi itu.

Namun aroma kopi diseduh dan asap tembakau dibakar rada menggoyang iman. Maklum, pada saat itu saya peminum kopi dan perokok berat. Ketika berpuasa, lebih peka terhadap bau asap rokok. Tercium lebih asam, lebih tajam.

Gambar kopi oleh congerdesign dari Pixabay
Gambar kopi oleh congerdesign dari Pixabay

Ditambah, panas matahari demikian menyengat. Helm proyek tidak mampu menahan siraman ultraviolet. Kalaupun berteduh di bedeng, hawa panas dari atap asbes mendorong keinginan minum jus dingin.

Ujian berikutnya menimpa kesabaran dan kemampuan menahan amarah. Paling dekat adalah menghadapi beragam karakter pekerja proyek. Ada yang mudah diajak diskusi. Ada pula yang ngeyelan, dikasih tahu malah ngotot.

Hal yang membuat hilang kesabaran dan menaikkan tekanan darah, adalah menghadapi mereka yang tidak memiliki kepentingan langsung dengan proyek. Ormas tukang palak, preman, orang mengaku sebagai wartawan, dan siapa pun yang meminta uang dengan cara menggertak.

Menghadapi mereka tidak bisa dengan negosiasi menggunakan tata bahasa santun menurut pelajaran Bahasa Indonesia. Gertakan dihadapi dengan gertakan. Cuma itu. 

Kalaupun memberi uang harus ditakar menurut aturan saya. Bukan mereka.

Jadi bagi saya, menjalankan ibadah puasa di lingkungan proyek adalah menghadapi ujian berat. Pada banyak keadaan itu saya gagal memelihara kesabaran, menahan amarah, bahkan melakukan perbuatan tercela yaitu suap dan perolehan proyek dengan cara tidak elok.

Mungkin tidak membatalkan rukun puasa, tetapi mengurangi hikmahnya.

Syukur, sekarang saya sudah tidak berurusan dengan proyek Pemda. Dengan itu saya bisa fokus melakukan ibadah puasa lebih baik dari sebelumnya. Moga-moga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun