Satu rombongan menghampiri. Sebagian aku kenal, selebihnya belum tahu sebab mereka terlalu kecil. Namun dari balik rasa heran, aku tidak bisa menyembunyikan senang.
Kemarau di luar sana memang bikin meradang, tapi aku bangga.Â
Berkeringat-keringat mereka datang. Menjengukku, bersimpuh, dan memanjatkan segala doa.
"Terima kasih, ya. Meskipun matahari membakar, kalian sudah bersusah-susah menjenguk."
Aku tahu mereka tidak mendengarku. Seperti halnya kemboja yang tidak mampu menahan sinar matahari membakar mereka.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!