Besoknya saya jalan-jalan di sekitar rumah. Ke permukiman di belakang kompleks, lalu nongkrong, ngopi, ngobrol kosong dengan beberapa orang.
Umi penjual pecel, karedok, dan rujak ulek mengeluhkan kenaikan harga-harga. Sementara ia tidak bisa menaikkan harga barang dagangan mengikuti meroketnya harga bahan.
Katanya, harga cabai rawit naik dari 60 ribu ke 100 ribu/kg. Bawang merah dari 40 ribu menjadi 60 ribu/kg. Kangkung jadi 4 ribu dari semula Rp2.500 seikat. Harga bonteng (mentimun) melonjak dari Rp8.000 ke Rp12.000 tiap kilonya.
Menurut Uda pedagang warung kelontong, harga telur yang tadinya sekitar Rp27 ribu ikut naik menjadi Rp 33 ribu per kilogram. Sedangkan harga tepung terigu stabil, kata Bu Nti pedagang gorengan.
Saya tidak menanyakan harga ayam dan daging. Sumber protein yang jarang mereka beli.
Demikian gambaran sekilas, kenaikan harga bahan pangan beberapa hari sebelum bulan Ramadan tiba.
Menyikapi kenaikan harga yang selalu terjadi tiap-tiap menjelang bulan suci penuh ampunan, baiknya kita menahan diri. Berbelanja dengan pola normal seperti hari-hari biasanya.
Tidak bernafsu menumpuk bahan pangan menghadapi permulaan puasa.
Bukankah bulan Ramadan adalah waktu terbaik untuk belajar mengendalikan segala hawa nafsu? Maka, lakukan persiapan Ramadan 2023 dengan persiapan fisik dan mental (rujukan).
Dengan ini pula saya dan keluarga menyampaikan:
Mohon maaf lahir batin kepada semua teman dan kenalan.
Selamat menjalankan ibadah puasa sebentar lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H