Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

AI Berkembang Pesat, Perlu Menyambut atau Takut?

7 Maret 2023   08:08 Diperbarui: 7 Maret 2023   08:06 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar berbincang dengan chatGPT oleh StartupStockPhotos dari Pixabay

Perlu dimaklumi, saat itu komputer merupakan “makhluk” ajaib dengan teknologi baru untuk ukuran Indonesia. Sulit menemukan keberadaannya pada banyak kantor, kampus, apalagi di rumah-rumah. Maka tidak mengherankan, jika sebagian besar pengunjung memandang dengan kekaguman sekaligus ketakutan terhadap barang/teknologi baru itu.

Sebab tidak ada yang berani menjajal, maka saya menarik kursi di depan meja komputer. Memencet tombol-tombol papan kunci, menulis perintah menggunakan bahasa Basic.

Tidak usah heran, pada zaman itu untuk mengoperasikan komputer harus menggunakan bahasa Basic, Cobol, Pascal, Fortran, dan lainnya yang saya sudah lupa. Belum ada aplikasi semacam Microsoft Windows yang user friendly.

Orang-orang berkerumun menganga. Terkagum-kagum. Melihat itu, penjaga stan (mungkin petinggi atau pemilik perusahaan) menghampiri. Setelah berbincang, ia mengundang saya untuk interviu lebih lanjut di kantornya di daerah Geger Kalong, Bandung.

Saya tidak ingat, apa yang membuat saya tidak jadi memenuhi invitasi tersebut.

“Keberanian” menyentuh komputer tidak muncul begitu saja. Pertama, di rumah sepupu saya ada komputer IBM. Dari itulah saya belajar bahasa pemrograman simpel untuk menyusun aplikasi sederhana. Misalnya, hanya membuat kursor bergerak otomatis naik turun di layar hitam putih.

Kedua, bisa jadi saya menanggapi pesatnya perkembangan teknologi sebagai suatu keniscayaan. Artinya, membuka diri terhadap kemajuan yang akan memudahkan pekerjaan manusia.

Jadi, menurut hemat saya, lebih baik menyambut kehadiran teknologi kecerdasan buatan seperti ChatGPT sebagai perangkat untuk membantu pekerjaan. Asalkan memanfaatkan kemampuan kecerdasan buatan dengan bijaksana. Daripada mengkhawatirkan “kepintarannya” atau memersepsikan ancaman-ancaman mengerikan yang mungkin ditimbulkan.

Disclaimer: Artikel dibuat baru dengan mengolah hasil referensi dari chatGPT. Maka sebagian tubuh artikel ini dibentuk dengan cara salin-tempel jawaban ChatGPT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun