Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wanita yang Sangat Membenci Pelakor

14 Februari 2023   19:57 Diperbarui: 14 Februari 2023   19:55 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu hal, halaman 168 buku “Become a Lovely Playboy” edisi terbatas menyebutkan, ketika seorang wanita bersuami membeberkan masalah rumah tangganya, maka jalan hanya untuk berdua bahkan ke nirwana terbuka lebar. 

Hal lain, nurani melarang Rudolfo mendekati wanita milik pria berbeda.

Renita menyampaikan keluh kesah. Dada membendung sesak ambrol membanjiri nestapa. Mengisi retakan isak dengan air melimpah.

Rudolfo mendengar. Sesekali menimpali. Sesekali menjauhkan telepon genggam yang mulai panas dari telinga. Membiarkan Renita berbicara dengan udara.

Satu jam atau lebih pembicaraan berlangsung. Rudolfo menangkap inti kisah, Renita demikian sakit hati dengan perselingkuhan Romario. Sumsumnya menyimpan benci dan dendam kepada wanita biadab yang merebut hati dan tubuh suaminya. Pelakor!

“Bisa tolong dicari?”

“Aku usahakan, tapi tidak janji,” kelit Rudolfo.

Sampai dengan waktu lumayan lama, pria jomlo tersebut tidak menerima telepon dari Renita. Ia berharap, rumah tangga mereka membaik. Tidak ada pelakor. Rukun nihil kekerasan. Say no to KDRT.

Tidak demikian. Berita terakhir mengatakan, Renita menceraikan Romario. Bukti kekerasan fisik menjadi alasan kuat.

Rudolfo menarik napas lega. Paling tidak, kelak wanita itu menelepon hanya membincangkan soal-soal ringan dan menyenangkan. Taklama telepon genggam bergetar. Layar menuliskan nama Renita.

“Hai, Rudolfo. Lama nian kita tidak ngobrol. Eh, tahu enggak kalau aku sudah lama pisah.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun