Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pernah Berjaya, Kini Angkot Merana Terkikis oleh Bus

3 Februari 2023   17:58 Diperbarui: 7 Februari 2023   08:08 1785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaca belakang angkot untuk kampanye Renbacaleg dan Renbacapres (dokumen pribadi)

Dulu biaya izin trayek angkot rute gemuk bisa mencapai enam puluh juta perak. Sekarang tidak bernilai sejak ada Biskita.

Demikian kenang seseorang yang sedang duduk di trotoar. Rute gemuk artinya angkot dengan trayek banyak penumpang.

Semula saya sangka ia sedang menanti aplusan "polisi cepek" di sebuah putaran balik. Ternyata bukan. Pria itu menunggu putranya yang sedang "narik" angkutan perkotaan kota (angkot) 07 jurusan Terminal Bubulak-Warung Jambu-Ciparigi. Meski pada praktiknya, angkot hanya sampai Warung Jambu. Bukan tujuan akhir Ciparigi.

"Sampai di situ saja. Sepi," katanya.

Masa Kejayaan Angkot

Saking banyaknya, Kota Bogor sempat dikenal sebagai kota sejuta angkot. Membuat ruwet lalulintas di beberapa bagian kota.

Terinformasi pada tahun 2016 sebanyak 3.400 angkot berseliweran melayani mobilitas warga (rujukan).

Kendaraan berwarna hijau itu pernah menjadi ladang penghasilan bagus, bagi mereka yang berkecimpung di dunia per-angkot-an.

Pada masa masih berjaya, pria tersebut di atas mengaku pernah memiliki 5 unit angkot.

Saat itu, mengurus izin trayek saja memerlukan biaya tidak sedikit. Untuk rute gemuk, seperti angkot jurusan Terminal Bubulak-Ciparigi, bisa mencapai Rp60.000.000,00. Resmi?

Tidak. Angka tersebut meliputi biaya tertera di loket dan biaya siluman yang sudah menjadi rahasia umum di kalangan pengusaha angkot.

Berapa jumlah penghasilan dari angkot?

Pria berputra 6 dan bercucu 24 itu enggan mengungkapkan. Namun posisi sebagai bos 5 unit angkot milik sendiri, termasuk bengkel perawatan, saya rasa cukup menggambarkan keadaannya pada masa itu.

Angkot-angkot kosong (dokumen pribadi)
Angkot-angkot kosong (dokumen pribadi)

Dalam periode berikutnya, jumlah penumpang kian berkurang. Nasib angkot merana. Diduga lantaran sebagian warga beralih angkutan, di antaranya: menggunakan kendaraan sendiri, menyewa ojek online, menumpang Biskita.

Konversi ke BisKita

Bekerja sama dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Pemkot menyiapkan program konversi angkot ke Transpakuan pada tahun 2019. Kemudian masyarakat mengenal sistem Bus Rapid Transit (BRT) itu sebagai BisKita.

Sejumlah 49 unit melayani warga di 6 rute. Masih digratiskan, meski untuk menaikinya para penumpang tetap perlu mengetap kartu e-money.

Namun tahun 2023 ini bakal ditentukan ongkos. Berbayar. Kita tunggu saja, berapa besarannya (rujukan).

BisKita (belakang) menunggu angkot memutar balik | dokumen pribadi
BisKita (belakang) menunggu angkot memutar balik | dokumen pribadi

Bagaimana dengan insan per-angkot-an terkait konversi angkutan umum di atas?

Walikota Bogor Bima Arya menawarkan transformasi sopir angkot menjadi awak BisKita atau tenaga di bengkel perawatannya. Suatu program penataan dengan syarat ditentukan.

Moga-moga kelak tidak ada ruang untuk biaya siluman terkait sehubungan dengan pengurusan konversi.

Sikap Pemilik Angkot

Sekarang pria pemilik 5 angkot menyisakan 1 unit dengan rute gemuk. Itu pun dengan kursi penumpang sering lowong. Jarang penuh.

Dengan angkot milik sendiri, ia bersyukur masih bisa mendapatkan rezeki. Dalam sehari beroperasi dari pagi hingga pukul lima sore, paling banyak, menghasilkan Rp150.000,00 (bruto).

Kini angkot tidak lagi menjadi ladang penghasilan bagus. Penumpang jauh berkurang. Lagi pula, angkot yang bisa beroperasi adalah kendaraan keluaran tahun 2000 ke atas. Pria --saya lupa menanyakan namanya-- itu tidak berani membeli armada baru.

"Cicilannya tidak nutup!" keluhnya.

Kendati biaya pengurusan izin trayek sekarang tidak ada harganya. Dipungut dengan biaya wajar.

Akhirul Kata

Angkot tidak lagi memadati jalanan kota yang memutari Kebun Raya itu. Sebagian mangkal dalam waktu relatif lama menunggu penumpang di sekitar pasar, gerbang keluar-masuk Stasiun KRL, Alun-Alun.

Sebutan kota sejuta angkot terkikis sudah. Program konversi angkutan perkotaan ke BisKita diduga menjadi salah satu sebab. Angkot merana. Insan per-angkot-an tidak bisa lagi mengandalkannya dalam mengais rezeki.

Di balik anjloknya penghasilan dari angkot, pria berusia 68 tahun itu percaya bahwa rezeki tidak akan ke mana. Salah satunya dengan membeli besi bekas dari para pemulung, lalu menjualnya ke agen yang bukan pengepul barang loak. Lebih menguntungkan, katanya.

Hal yang membuatnya optimis, kendaraan dengan kelir hijau itu mampu memasuki jalan kecil yang sempit bila dilalui oleh BisKita. Jadi, masih ada ruang untuk memperoleh rezeki.

Ada juga pemasukan tambahan. Dengan mengiklankan renbacaleg (rencana bakal calon legislatif) dan renbacapres (rencana bakal calon presiden). Memperoleh kompensasi senilai 300-400 ribu rupiah untuk jangka waktu, yang lupa lagi saya tanyakan.

Moga-moga nanti makin banyak kandidat menjadikan angkot sebagai satu pilihan media kampanye, dengan memasang one way sticker.

Nanti, ya! Bukan sekarang. Soalnya KPU menetapkan kampanye Pemilu pada 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024 (bawaslu.go.id).

Kaca belakang angkot untuk kampanye Renbacaleg dan Renbacapres (dokumen pribadi)
Kaca belakang angkot untuk kampanye Renbacaleg dan Renbacapres (dokumen pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun