Dalam praktiknya, jiwa dagang itu diwujudkan dalam bentuk:
- Buka lebih pagi, dibandingkan dengan pedagang sejenis.
- Diversifikasi dan inovasi. Untuk ukuran wilayah sekitar, Emak menawarkan banyak pilihan. Gado-gado, nasi uduk, lontong sayur, ketoprak, lontong bumbu, tongkol dicabein, telur balado, buras oncom, ketan serundeng, aneka gorengan, dan kopi seduh. Kadang bikin ubi rebus, ketimus (lemet, olahan singkong parut isi gula merah), perkedel, semur jengkol.
- Pelayanan ramah yang menyenangkan. Sesekali memberi bonus kepada pembeli dan pemulung yang membeli.
- Membuat produk berkualitas.
- Bersyukur.
- Bersedekah.
Penutup
Pak Deden dengan senyum khasnya membenarkan bahwa keyakinan merupakan kunci keberhasilan dalam berusaha. Selebihnya adalah memohon kepada Sang Maha Pemberi Rezeki. Ikhtiar dan berdoa.
Pak Guru muda nan ganteng kemudian mengilustrasikan sebagai berikut.Â
Keinginan agar dagangan laris ibarat orang punya HP hendak mengirim SMS berisi harapan, tapi tidak tahu cara mengirimkan berikut alamat tujuannya.
Bagi yang tidak percaya diri akan pergi ke orang pinter menyampaikan maksud minta pelaris. Orang pinter berbaju serba hitam menggunakan aksesoris berkesan misterius itu pun melakukan ritual:
Mulut komat-kamit sembari menuliskan pesan di telepon genggam, menekan tombol-tombol nomor, dan memencet "send" atau tombol hijau.Â
Ritual selesai. "Pasien" membayar jasa dan menerima jimat pelaris.
Berbeda dengan pelaris versi Emak, berupa keyakinan tertanam dalam diri bahwa akan memetik hasil dari kegiatan berjualan, sekaligus siap lahir batin menghadapi risikonya.
Maka, disadari maupun tidak, ia akan berjuang keras untuk menciptakan kondisi agar barang dagangan laris. Kemudian berdoa memohon kelancaran. Juga ikhlas bersedekah.
"Itu kuncinya," kata Pak Deden menutup pembicaraan.
Jadi, pilih pelaris yang mana dalam kegiatan usaha menjual makanan?Â
Silakan menentukan preferensi.