Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menyambut Tahun Baru 2023: Ada Apa di Balik Tangga Curam?

31 Desember 2022   16:58 Diperbarui: 1 Januari 2023   05:22 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangga terjal dan berlumut (dokumen pribadi)

Dalam hitungan jam, almanak berganti baru. Dua ribu dua puluh dua berlalu. Menyambut 2023 dengan optimis, kendati tidak pernah tahu: ada apa di balik tangga curam?

Pencapaian dan Kegagalan

Menerawang perjalanan selama satu tahun kurang beberapa jam adalah membuka halaman pencapaian dan kegagalan. Tidak sedikit rencana atau keinginan pada akhir tahun sebelumnya terwujud di tahun 2022. Banyak pula kegagalan memenuhi target ditentukan.

Senang, sekaligus kecewa. Namun takperlu menghabiskan tinta meluapkan sesal. Lebih elok mengucapkan syukur, lalu mencatatnya sebagai pencapaian yang sebagian sudah saya tuliskan di Kompasiana.

Akhir dari proses perjalanan setahun adalah: masih dikaruniai kesempatan menghirup udara.

Oleh karena itu, saya memanfaatkan refleksi tahun 2022 sebagai bahan evaluasi untuk menaiki tangga berikutnya, kendati terkadang muncul riak-riak penyesalan.

Rencana di Tahun 2023

Di dalam benak berlarian rencana-rencana, juga mimpi. Menghantam dinding kepala ibarat anak-anak minta permen atau menyampaikan keinginan.

Bagus bila dipenuhi. Kurang baik juga jika semua dituruti. Sebagian memang kehendak realistis, tapi banyak hal terlalu melampaui batas kemampuan. Meskipun mimpi belum dilarang oleh aturan mana pun.

Maka, saya mengguratkan catatan-catatan berkenaan dengan apa yang akan dikerjakan pada tahun mendatang.

Rencana yang hanya bisa dicapai dengan kekuatan ingin serta keleluasaan pikir dan fisik. Sesekali boleh lah berharap ada keajaiban menghampiri.

Sebagian besar dari refleksi dan resolusi di atas dicatat, diulas, disunting, dan disimpan di dalam ruang paling rahasia. Hanya sedikit yang bisa dibentangkan pada ruang publik.

Kesehatan

Pada awal kuartal kedua tahun 2022, saya belajar menantang diri sendiri. Sebelumnya berjalan kaki di sekitar rumah. Pulang pergi tidak melebihi jarak 500 meter.

Kemudian saya menantang diri sendiri untuk berjalan lebih jauh. Dua kilometer dari rumah mulai sering dijelajahi. Rekor jalan kaki saya adalah 8 kilometer pulang pergi.

Pada perkembangan berikutnya, saya memberanikan diri menjelajahi permukiman di bantaran sungai. Artinya, untuk mencapainya perlu menuruni jalan atau tangga beton yang teramat curam untuk ukuran saya. Sebaliknya, demi keluar dari kawasan yang menawarkan banyak inspirasi itu mesti menaiki tebing terjal.

Melelahkan juga ngeri-ngeri sedap, tetapi petualangan menyenangkan.

Maka pada momen tahun baru 2023 saya menguatkan niat untuk menjelajahi lagi daerah baru. Lebih jauh, lebih curam, dan lebih menantang dengan berjalan kaki, kendati akhirnya naik angkutan bila jaraknya terlalu jauh.

Tujuannya cuma satu: setiap hari menjadi lebih sehat, di mana pulih adalah mukjizat pemberian Sang Maha Penyembuh.

Menulis

Lumayan untuk ukuran saya. Meskipun tidak setiap hari mampu menayangkan satu artikel di Kompasiana. Seingat saya, dalam satu pekan bisa menghasilkan 5 tulisan.

Rasa-rasanya prestasi itu lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Maafkan saya, tidak –tepatnya malas—menghitung, berapa persisnya pencapaian itu?

Malas adalah persoalan saya dalam empat tahun terakhir. Lemot. Otak saya demikian enggan diajak menghitung, berpikir keras, dan mengingat apa yang telah dibaca. Sementara bagi penulis membaca adalah ihwal penting.

Mestinya kalau mengesahkan diri sebagai penulis, membaca adalah satu kebisaan dan kebiasaan. Itu kata para penulis kawakan.

Saya tidak. Penulis karbitan yang malas membaca. Apalagi memahami bacaan penyebab kening berkerut, kepala ngebul.

Kalaupun iya membaca, hanya mengeja sekilas bahan-bahan dari mesin pencari demi menguatkan tulisan. Maka tidak mengherankan, jika di kamar ditemukan buku bertumpuk-tumpuk belum dibaca.

Selama ini saya menulis semata-mata mengandalkan:

  • Pengalaman pada waktu masih aktif (sebagian tertinggal dalam ingatan, banyak lagi yang lupa);
  • Membaca petunjuk alam ketika berjalan kaki;
  • Menuliskan hakikat perbincangan dengan bermacam orang; dan
  • Hasil percakapan imajiner.

Belajar dari keadaan itu, pada tahun depan saya bertekad membaca buku agar meneguhkan hasil tulisan lebih berkualitas. Tidak kayak artikel ini.

Mungkin satu bulan dua buku atau lebih, jika otak mampu menyerap. Maklum, kemampuan mengingat dan berpikir cedera parah sejak empat tahun lalu.

Saya kira membaca sejumlah buku dengan target waktu tertentu merupakan kegiatan menantang. Meski membaca bagi saya adalah serupa menjelajahi bantaran kali, naik turun melalui tangga curam.

Hhhh... Tarik napas dalam-dalam. Rasanya lega setelah curhat, kendati hanya setitik.

Jadi, tahun depan adalah kesempatan untuk menuruni-menaiki tangga kehidupan. Dan saya tidak pernah tahu ujungnya, ada apa di balik tangga curam dan berlumut itu?

Targetnya cuma satu, tahun depan dan tahun-tahun selanjutnya saya mampu menghasilkan keadaan fisik lebih sehat dan artikel lebih bermutu. Merasa lebih sehat setiap saat hingga tidak mampu merasakan apa-apa lagi.

Selamat Menyambut Tahun Baru 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun