Pada awal kuartal kedua tahun 2022, saya belajar menantang diri sendiri. Sebelumnya berjalan kaki di sekitar rumah. Pulang pergi tidak melebihi jarak 500 meter.
Kemudian saya menantang diri sendiri untuk berjalan lebih jauh. Dua kilometer dari rumah mulai sering dijelajahi. Rekor jalan kaki saya adalah 8 kilometer pulang pergi.
Pada perkembangan berikutnya, saya memberanikan diri menjelajahi permukiman di bantaran sungai. Artinya, untuk mencapainya perlu menuruni jalan atau tangga beton yang teramat curam untuk ukuran saya. Sebaliknya, demi keluar dari kawasan yang menawarkan banyak inspirasi itu mesti menaiki tebing terjal.
Melelahkan juga ngeri-ngeri sedap, tetapi petualangan menyenangkan.
Maka pada momen tahun baru 2023 saya menguatkan niat untuk menjelajahi lagi daerah baru. Lebih jauh, lebih curam, dan lebih menantang dengan berjalan kaki, kendati akhirnya naik angkutan bila jaraknya terlalu jauh.
Tujuannya cuma satu: setiap hari menjadi lebih sehat, di mana pulih adalah mukjizat pemberian Sang Maha Penyembuh.
Menulis
Lumayan untuk ukuran saya. Meskipun tidak setiap hari mampu menayangkan satu artikel di Kompasiana. Seingat saya, dalam satu pekan bisa menghasilkan 5 tulisan.
Rasa-rasanya prestasi itu lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Maafkan saya, tidak –tepatnya malas—menghitung, berapa persisnya pencapaian itu?
Malas adalah persoalan saya dalam empat tahun terakhir. Lemot. Otak saya demikian enggan diajak menghitung, berpikir keras, dan mengingat apa yang telah dibaca. Sementara bagi penulis membaca adalah ihwal penting.
Mestinya kalau mengesahkan diri sebagai penulis, membaca adalah satu kebisaan dan kebiasaan. Itu kata para penulis kawakan.
Saya tidak. Penulis karbitan yang malas membaca. Apalagi memahami bacaan penyebab kening berkerut, kepala ngebul.