Nah, keluarga mengadakan acara barbeque dengan bersahaja. Kumpul di halaman rumah.Â
Menyiapkan panggangan besi biasa yang dibeli di pasar tradisional. Menggunakan arang kayu atau batok kelapa.
Daging sapi dan ayam segar diiris agar mudah ditancapkan di tusuk sate. Udang (salah satu anggota keluarga tidak suka makan ikan) setelah dikucuri air jeruk nipis direndam dalam larutan garam dan merica. Jagung hanya diolesi margarin atau saus cabai.
Bumbu yang digunakan selama membakar sate sederhana saja: margarin, bubuk merica, irisan bawang merah, kecap, dan sedikit garam diaduk hingga rata. Dioleskan ketika sate setengah matang.
Cara memanggangnya dengan teknik slow cooking. Artinya proses pematangan daging memanfaatkan bara, bukan dalam keadaan lidah api menjilat-jilat daging panggang.
Selain untuk melancarkan aliran oksigen ke pemanggangan, fungsi kipas bambu (hihit, bhs Sunda) adalah menjaga agar api tidak berkobar. Sate matang sempurna, tapi permukaannya tidak hangus serupa arang.
Setelah semua matang, hasil memanggang dinikmati bersama-sama penuh kegembiraan. Menyantap menu daging panggang menyambut tahun baru.
Bertepatan dengan tergelincirnya jarum panjang dari angka 12, kembang api meletus di langit alun-alun. Menyemburatkan cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu.
Tidak ada yang rumit dalam menyambut kehadiran tahun baru. Orang-orang bergembira dengan caranya sendiri.
Sementara saya sudah lelap selepas isya. Bangun menemui tahun baru pada tanggal satu yang sepi. Acara barbeque sudah usai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H