Apabila tidak ingat bahwa tiga pekan mendatang mesti cek darah, rasanya saat itu ingin tambah nasi, lauk (paru atau limpa memanggil- manggil), dan sambal.
Persoalan kolesterol dan trigliserida dalam darah menjadi kendala bagi saya untuk menuruti nafsu takterkendali. Maka, stay cool, habiskan nasi sampai butir penghabisan. Cukup adalah cukup!
Seraya menyerahkan lembaran dua puluh ribu saya bertanya, apa yang bikin sambal menjadi enak?
Wanita muda dari balik meja menerangkan, "cuman cabai jablai (rawit merah), terasi matang, tomat segar, dan garam diulek."
"Ulekan (ulegan, munthu) yang menumbuk atau cobek yang muter?"
Mojang penjaga kedai membelalakkan mata bintangnya.
Ternyata sambal dalam cobek terbuat dari bahan-bahan sederhana yang tidak digoreng terlebih dahulu. Tidak memakai bawang, gula, dan penyedap rasa, tetapi memiliki rasa khas dengan tingkat pedas sedang.
Sambal yang simpel, unik, dan terasa enak banget di lidah menemani menu makan siang. Satu ketika akan kembali menjajal lauk lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H