Membosankan. Persidangan sudah sampai persimpangan paling mengesalkan.
Terdakwa mempertahankan keyakinan bahwa ia tidak melakukan pembunuhan terencana, tapi penghilangan nyawa sebab tidak sengaja.
"Membela diri. Dalam keadaan semrawut paling kalut, pistol yang hendak saya pukulkan meletus. Peluru menembus dahinya."
Ada beda konsekuensi. Menurut pakar hukum, pembunuhan berencana dapat dikenakan hukuman mati.
Sedangkan tidak sengaja membuat orang lain meninggal adalah melanggar pasal kealpaan. Hukumannya lima tahun dikerangkeng.
Semua saksi telah menyampaikan keterangan. CCTV tidak mampu berbicara. Alat pendeteksi kebohongan yang dihadirkan pun turut berbohong.
Pemirsa TV dan penikmat media sosial marah. Hadirin bosan mengikuti sidang berlarut-larut. Salah sendiri!
Maka, majelis hakim merundingkan jalan keluar.
Ketika Majelis Hakim sedang berdiskusi, pengacara korban mendekat.
"Yang Mulia, kami akan menghadirkan saksi penting. Saksi pamungkas yang akan menerangkan semua perkara dengan gamblang segamblang-gamblangnya."
"Yakin?"
"Pasti, Yang Mulia."
"Anda tahu, sejauh ini tiada saksi maupun alat yang mampu melunakkan kerasnya kepala terdakwa."
"Siap, Yang Mulia. Ini saksi penting super istimewa."
Hakim mengangguk. Ruang sidang hening. Seekor lalat memecah sepi. Mendengung mengundang teman-temannya. Palu diketuk. Sidang diskors.
***
Panitera berseru, "saksi silakan memasuki ruangan!"
Pandangan majelis hakim dan hadirin tertuju ke dua daun pintu kayu yang perlahan membuka.
Sebagian terperanjat. Sebagian main hape. Sebagian menutup hidung.
Sesosok berbaju putih dikawal petugas melangkah masuk. Kerah kemeja ada bercak merah. Bagian bawah terpercik noda sewarna tanah merah. Basah.
Bibir memutih dengan wajah pucat sebagai tidak ada darah mengalir di balik kulitnya. Matanya dingin. Pandangannya kosong tanpa napas.
Segumpal kapas dijejalkan pada lubang di dahinya. Bau bacin menyengat. Lalat-lalat terbang mendekat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI