Di sela-sela kesibukan, Sobri menyempatkan diri bersosialisasi. Bermain golf. Memancing di kolam eksklusif yang terbatas untuk orang-orang penting. Atau sekadar berkumpul di restoran, di mana harga kopinya tidak terjangkau oleh kebanyakan suara yang mencoblosnya.
Dalam kesempatan tersebut Sobri bertemu kelompok yang super sedikit, namun mengambil bagian super banyak dari perputaran ekonomi Daerah Bersangkutan.
"Jangan terburu-buru. Mesti mengelabui waktu. Agar semua berlangsung mulus tanpa ada yang tahu. Diamin akan kembali, bahkan nilainya berlipat-lipat daripada modal telah ditanam. Pasti semua akan ditandatangani."
Tidak hanya untuk kalian, aku juga sedang memupuk tabungan untuk anak cucu, batin Sobri.
Sobri dan istri serta anak-anaknya amat berkelimpahan, sehingga mampu membelikan rumah di sebuah klaster eksklusif bagi bapak ibunya.
Hati orangtua mana yang tidak bangga. Mimpi orangtua dan cita-cita mulia Sobri tercapai berkat kehendak semesta.
Kehidupan dan gaya hidup telah melampaui batas impian yang dulu ditanamkan kepada anaknya.
Maka empat mata renta menyaksikan layar kaca dengan bahagia. Sobri dijemput mobil-mobil bagus.
Orang-orang berpakaian rapi berwarna gelap dengan sigap siap mengawal anak kebanggaan mereka.
"Bune lihat, keren banget anak kita. Bajunya mencolok beda dengan orang lain. Oranye!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H