Dua orang berjalan tertatih. Beriringan seperti gerbong kereta.
Pria paling depan bernama pak Mus. Di belakangnya, memakai tongkat, adalah Oji. Dua-duanya nama sebenarnya.
Saya menyeru, "mau ke mana nih?"
"Memetik obat herbal di pagar belakang kantor."
Hah? Bukannya membeli obat di apotek atau toko obat?
Penasaran, saya pun memelankan kecepatan agar bisa mengikuti langkah mereka.
Tiba di tembok belakang kantor, tampak kumpulan tanaman semak dengan tinggi bervariasi dari satu sampai dua meter. Daunnya tidak tebal berwarna hijau cerah. Hampir selebar telapak tangan orang dewasa.Â
Dua orang penyintas serangan stroke itu pun memetik beberapa daun. Katanya, untuk direbus. Air rebusannya  diminum. Rasanya pahit.
Tanaman bernama latin Vernonia amygdalina ini berasal dari bagian barat Afrika, umumnya dari Nigeria. Warga setempat memanfaatkan daunnya sebagai obat herbal untuk mengatasi beragam masalah kesehatan.
Dipetik dari berbagai sumber, air rebusan daun tanaman teh Afrika mengandung bahan antioksidan flavonoid, selain protein, serat, karbohidrat kompleks, anthraquinone, beberapa vitamin dan mineral.
Sebagai obat herbal, teh Afrika berkhasiat untuk:
- Meredakan gejala demam.
- Menurunkan gula darah, sehingga dapat membantu pengobatan diabetes
- Menurunkan kolesterol yang berperan dalam pencegahan penyakit jantung.
- Menghambat pertumbuhan sel kanker.
- Membasmi bakteri penyebab penyakit.
- Mengatasi cacingan.
- Menjaga kesehatan hati.
Sebaliknya, mengonsumsi rebusan daun teh Afrika menimbulkan efek samping, antara lain: gatal-gatal, pembengkakan, mual-mual, kadar gula semakin rendah.
Oleh karena itu, apabila sedang menjalani pengobatan terkait kondisi kesehatan, agar memberi tahu kepada dokter pemeriksa.
Kamis (10/11/2022) pagi adalah jadwal kontrol rutin ke poliklinik. Ketika pemeriksaan dokter, saya menanyakan perihal rencana menggunakan daun teh Afrika sebagai ikhtiar.
Dokter spesialis saraf tidak merekomendasikan cara selain pengobatan medis.
Saran dokter, kalaupun mau mengonsumsi rebusan daun teh Afrika, agar memberi jarak waktu antara konsumsi obat dokter dengan obat herbal. Apabila terasa ada efek samping, maka konsumsi rebusan teh herbal segera dihentikan.
Jadi, keputusan untuk mengonsumsi air rebusan teh Afrika, tergantung keyakinan diri tentang khasiat dan efek samping yang mungkin ditimbulkannya.
Sebagai ikhtiar bolehlah dicoba, kendati belum ada penelitian yang menyatakan keberhasilan daun teh Afrika untuk pengobatan pada manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H