Setelah anak tangga berakhir, belok kiri, jalan sedikit, maka tibalah di warung langganan.
Segelas air bening dan segelas kopi tubruk panas sudah ada di hadapan. Sebelum meminumnya, saya mencomot dua potong tahu sutera goreng yang enak, lembut, gurih.
Satu jam kemudian. Satu gelas telah kering. Gelas lainnya menyisakan ampas kopi. Catatan di gawai masih tetap kosong.
Baiklah. Sesudah menyerahkan 4 lembar dua ribuan, saya beranjak pulang.
Beberapa langkah kemudian berhenti di sebuah lapak. Ngobrol kosong dengan penjual yang menggantungkan hidupnya dari jasa tambal ban dan menjual satu jenis BBM. Ia membeli Pertamax Rp 13.900 per liter (4/11/2022, sumber) dan menjual seharga Rp 17 ribu.
Agaknya 10 tahun lalu saya pernah melihat pria itu berada di lapak usaha tersebut. Usaha yang sama.
Berkembang atau tidak, saya tidak bertanya lebih jauh. Berdoa saja agar pria tersebut dilimpahkan rezeki.
Saya melanjutkan perjalanan. Menjelang sampai rumah terlihat pria kurus memikul dua keranjang berisi pisang tanduk, pisang raja, pisang ambon. Jika 1 sisir pisang beratnya 2,5-3 kilogram, maka dapat dibayangkan berat keseluruhannya.
Saya menghentikannya. Berbincang sejenak. Lalu demi mengurangi beban, saya membeli masing-masing 1 sisir pisang ambon lumut dan pisang tanduk. Semoga dagangannya laris manis tanjung kimpul.