Contact person satu perusahaan yang kira-kira memenuhi syarat saya teruskan kepada si Badu. Saya mengetahui kualifikasi dan kemampuannya karena pernah kerja bareng di satu proyek milik pemerintah.
Tunggu punya tunggu tiada kabar sampai kemudian terdengar nada kecewa dari mitra saya. Ternyata Badu menawarkan proyek omdo (omong doang).
Sebelum penawaran proyek impian itu, Badu pernah memesan konsep pekerjaan yang akan disampaikan kepada seorang pejabat. Biar bisa jadi proyek, katanya.
Karya tulis dengan riset lumayan itu akhirnya terbang dibawa angin tiada berita.
Bagusnya hanya melibatkan diri sendiri. Tak mengapa. Hitung-hitung seperti gagal tayang di Kompasiana.
Dua peristiwa di atas dan kejadian serupa di masa lalu melahirkan kesimpulan di kepala. Badu adalah seorang petualang. Avonturir bisnis yang menawarkan proyek belum jelas keberadaannya.
Memanfaatkan koneksi, berharap kedekatan dengan orang penting, di pemerintahan maupun perusahaan swasta, menghasilkan keuntungan mudah.
Dengan kata lain, Badu berusaha menjadi perantara yang menawarkan jasa pengurusan proyek demi memperoleh selisih harga. Dengan mencari perusahaan untuk menyelesaikan proyek.
Sebaliknya, Badu tidak memiliki rekam jejak di industri berkaitan dengan konstruksi. Tidak ada proyek yang terealisasi selain dari "proyek ongkos," yaitu proyek cerita yang menghabiskan energi, waktu, dan biaya.
Artinya, penawaran pekerjaan drilling yang ditawarkan jangan-jangan masih perlu jalan panjang dan berbelit agar terealisasi.
"Pemain kawakan" yang kerap mendapatkan proyek saja biasanya menyimpan rapat rencananya. Persisten berusaha memperoleh kepastian tentang proyek: lokasi, kualifikasi, kerangka waktu, nilai, dan sebagainya.