Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Naik Pesawat Rute Jakarta Bandung dan Rasa Sesal

28 Oktober 2022   06:38 Diperbarui: 28 Oktober 2022   06:51 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesawat sedang terbang oleh Pezibear dari pixabay.com

Pesawat Lion Air JT330 rute Cengkareng Palembang return to base (RTB). Penumpang melaporkan adanya ledakan dan api di sayap kiri kepada kru pesawat. Boeing 737-800NG registrasi PK-LKK kembali. Mendarat dengan selamat di Bandara Soekarno Hatta. (sumber).

***

Tahun 1996, dalam rangka tugas kantor, dua sampai tiga kali dalam sebulan saya ke Gedung Sate.

Biasanya berangkat bakda Subuh. Kembali hari itu juga. Tiba di Jakarta setelah waktu Isya. Perjalanan pulang pergi menggunakan mobil kantor, kereta Argo Parahyangan, atau pesawat.

Kerap terbang menumpang armada dari maskapai Merpati Nusantara Airlines. Sebuah Badan Usaha Milik Negara yang pada tanggal tanggal 2 Juni 2022 dinyatakan pailit (kompas.com).

Meninggalkan langit Jakarta menuju angkasa Husein Sastranegara Bandung hanya butuh waktu 25 menit. 

Namun menunggu di bandara keberangkatan, Halim Perdanakusuma, kadang perlu kesabaran ekstra. Delay adalah keadaan berulang-ulang yang mesti diterima dengan lapang dada.

Satu waktu keterlambatan "hanya" beberapa menit. Tidak lebih dari seperempat jam dari waktu ditentukan, penumpang pun boarding.

Mesin meraung. Baling-baling berputar kian cepat. Badan pesawat mengentak, melaju lesat di landasan pacu.

Belum sampai penghujung, raung mesin melemah. Pesawat berputar arah, kembali menuju apron (tempat parkir pesawat). Para penumpang dipersilakan turun.

Awak pesawat mengumumkan perbaikan mesin yang diperkirakan akan memakan waktu tiga puluh menit. Penumpang diminta menunggu.

Saya menunggu. Penumpang lainnya juga menunggu, kendati sembari menggerutu.

Sedangkan sebagian penumpang yang diburu waktu --mungkin juga telah hafal dengan kelakuan Merpati---meninggalkan ruang tunggu menaiki alat transportasi berbeda.

Saya bimbang, hendak menguji rasa sabar atau beralih angkutan? 

Sempat berpikir berangkat ke stasiun Gambir membeli tiket Argo Parahyangan dengan cara go show. Atau tancap gas lewat jalur puncak atau tol Cikampek (waktu itu belum ada tol Purwakarta Padalarang).

Perdebatan di dalam benak akhirnya dimenangkan oleh keinginan menunggu.

Sejam lebih petugas memanggil penumpang agar naik ke pesawat yang telah diperbaiki.

Terselip tanya, kok tidak ganti pesawat? Namun jawaban keburu terkubur, oleh rancangan cerita yang hendak saya kemukakan kepada pihak-pihak akan dijumpai di Bandung.

Sekali lagi pesawat bermesin baling-baling yang saya lupa tipenya itu berakselerasi. Laju dan semakin laju sehingga dengan mulus mengangkasa.

Menembus langit biru di atas Jakarta menuju Bandung dengan kecepatan jelajah, atau pada kecepatan rata-rata pesawat di udara.

Pemandangan terhampar jauh di bawah. Persawahan daerah Karawang tampak seperti petak-petak hijau kecil ibarat lukisan. Setelah itu pesawat akan melewati gunung.

Sontak kelopak mata batal mengatup. Dari wajah memucat tersembul rasa sesal campur keringat dingin terpicu oleh sebuah kesadaran.

Apa yang terjadi apabila mesin yang tadi diperbaiki batuk-batuk? Lalu putaran baling-baling tersendat? Pesawat mogok seperti angkot?

Ada rasa sesal. Penyesalan yang sia-sia dalam penerbangan Jakarta Bandung.

Akhirnya, sisa waktu diisi dengan permohonan teramat khusyuk yang belum pernah saya lakukan sepanjang hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun