Diketahui, bencana longsor pada 12 Oktober lalu menimbulkan korban jiwa.
Sebelum melanjutkan perjalanan terlebih dahulu beristirahat pada sebuah kedai gorengan. Minum air putih dan ngopi Liong (kopinya orang Bogor).
Sekonyong-konyong seorang pria dengan lengan penuh tato menepuk pundak.Â
Teman lama banget! Acang sekarang menjadi "preman" Pasar Anyar, kata seseorang di sebelahnya.
Membuka masker, seorang wanita mengenali wajah saya. Mbak Iin adalah pengasuh sewaktu anak saya masih belia. Suaminya merupakan sepupu dari Acang.
Setelah berbincang akrab, saya melanjutkan perjalanan. Untuk mencapai dataran selevel dengan jalan pulang, saya sekali lagi harus mendaki tangga curam. Haddeh!
Perjalanan kali ini tidak sekadar berolahraga, tapi melihat sekilas kehidupan warga yang rumahnya berada di bantaran kali.Â
Rumah-rumah yang sebagian berpotensi longsor bila curah hujan meninggi. Semoga mereka diberikan keleluasaan rezeki agar mendapatkan lahan lebih layak.
Selain itu, petualangan yang tidak biasa itu mempertemukan saya dengan kenalan-kenalan lama. Satu "kebetulan" yang bukan kebetulan. Ada campur tangan Sang Maha Pengatur. Saya percaya, ada maksud baik di balik peristiwa itu. Entah apa.
Hal paling penting, ternyata saya mampu menantang diri sendiri mengatasi rintangan naik turun menyusuri bantaran kali. Mungkin bagi orang lain itu adalah perkara mudah.