Akhirnya ke kiri, melihat satu orang memegang joran. Memancing ikan di sini bisa-bisa mendapatkan sampah, menilik limbah yang dibuang sembarangan turut mengalir bersama air butek.
Setelah itu mengikuti jalan menanjak. Melompati rel double track jalur Bogor Sukabumi. Naik turun menyusuri gang sempit tidak tembus cahaya matahari.Â
Terakhir, tiba di samping sebuah mal. Berada di jalur pejalan kaki yang lebar dan bagus. Ya iyalah, trotoar jalan protokol mah kudu bagus atuh sebagai etalase kota.
Kampung Kramat
Trotoar bagus mengantarkan kaki kembali ke Jalan Paledang. Melalui jembatan merah putih melintang tinggi di atas Sungai Cipakancilan.
Bah, kali ini perjalanan muter-muter tanpa tujuan jelas. Ya anggap saja petualangan atau kegiatan wisata jelajah kota.
Berbeda dengan gang biasa dilewati, memasuki Kampung Kramat adalah menjelajahi gang dengan rumah-rumah tanpa halaman namun asri. Wilayah ini berhias dengan berbagai tanaman pot. Rumah warna-warni menjadi aksen lingkungan yang tampak menarik. Sayangnya saya gagal memotretnya.
Makan Siang di Tepi Kali
Sungai Cipakancilan yang lebar dibelokkan ke aliran buatan. Pintu air mengendalikan arus menuju saluran irigasi, mengalir ke bagian utara Bogor untuk mengairi lahan pertanian. Dulu. Barangkali sekarang lahan tersebut sudah ditanami bangunan.