Kontruksi
Kekuatan konstruksi pagar pembatas disesuaikan dengan tujuan dibuatnya. Pagar pembatas di stadion minimal ada dua jenis.
Tembok keliling yang membatasi bagian dalam stadion dengan dunia luar. Umumnya dibuat tinggi dengan konstruksi kokoh tidak mudah ditembus dengan hanya dorongan manusia. Biasanya disusun dari pasangan bata.
Dalam bentuk lebih sederhana, ia juga bisa dikonstruksi menggunakan tiang besi. Menggunakan dinding harmonika sehingga penonton dari luar bisa memandang ke lapangan. Ukurannya juga tinggi.
Di bagian dalam dapat ditemui pagar (railing) pada tepi tangga. Juga tempat-tempat yang perlu dibatasi, misalnya karena ada perbedaan ketinggian antar bidang yang cukup membahayakan. Dan pagar pembatas di antara penonton dengan lapangan.
Pagar pembatas umumnya dibuat transparan menggunakan kawat harmonika dan tingginya melebihi ukuran penonton berdiri.
Sedangkan di stadion JIS dibangun pagar pembatas setinggi paha orang dewasa (60-70 sentimeter). Menurut Manajer Proyek JIS Arry Wibowo railing itu merupakan tambahan fasilitas pengaman, bukan dibuat untuk membatasi antara penonton dengan penampil di lapangan (antaranews.com).
Tidak ada gambar yang dapat menjelaskan konstruksi pagar pembatas secara detail. Namun dari tangkapan-layar sepintas terlihat bahwa railing berkedudukan di atas tembok (beton?).
Penempatannya bisa menggunakan baut (dinabolt) yang ditanamkan pada dinding, atau menanam tiang-tiang pada tembok penyangga.
Menggunakan perekatan dengan dinabolt, pagar dimaksudkan sebagai benar-benar pembatas antar area. Tidak untuk disandari, diduduki, atau didorong. Tidak bakal mampu menahan beban tolakan dari sekian puluh penonton.
Kalau tujuan dibuatnya adalah untuk sekadar pembatas area, ya sebaiknya jangan didorong beramai-ramai. Jangan disentuh. Duduk manis sambil nonton bola.