Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Geliat Citayam Fashion Week Merembes ke Tugu Kujang

19 Juli 2022   09:07 Diperbarui: 19 Juli 2022   10:30 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Model kembar Valerie -- Veronika dan dua remaja SCBD di Citayam Fashion Show, Minggu (17/7/2022) [Foto dari kompas.com]

Citayam Fashion Week (CFW) adalah pernyataan tentang eksistensi remaja masih tumbuh. Menjadi tersohor. Tak Cuma di media sosial, juga di media massa. Lantas, apa pengaruhnya bagi remaja di wilayah lain?

Cuaca murung Sabtu baru lalu menghalangi kesempatan berjalan kaki. Hujan dari semalam menyisakan gerimis tidak berkesudahan pada keesokan harinya.

Hari Minggu matahari sesekali mengintip dari balik selimut mendung. Tiada gerimis. Keadaan cuaca yang enak untuk jalan-jalan. Teduh.

Maka tujuan perjalanan kali ini adalah berkeliling Kebun Raya dan Istana Kepresidenan RI Bogor. Sayangnya berangkat agak kesiangan, sehingga tiba di lokasi ketika car free day keburu usai.

Kendaraan bermotor berseliweran di jalan protokol. Untungnya membawa tongkat, yang kemudian saya fungsikan untuk mengerem lalu lintas saat melintas zebra cross. 

Akhirnya kesampaian berjalan kaki di pedestarian sepanjang 4 kilometer selebar 4 meteran, dengan bidang sebelah luarnya tersedia lajur pesepeda. Masih banyak pejalan kaki. Maka saya mengikuti arus mayoritas, berjalan searah jarum jam di mana posisi Istana di kanan bahu.

Penikmat ruang publik itu beragam usianya. Tidak sedikit lansia, bahkan menggunakan tongkat, berada di dalam arus manusia.

Di jalan Padjadjaran menyeberangi terowongan bawah tanah, menuju ke Botani Square. Bukan mau ngemol. Tapi ke samping tempat parkir atau pool bus DAMRI demi menyantap 1 pare kukus, 2 tahu isi siomay, dan 1 siomay.

Lanjut menaiki jembatan penyeberangan menuju Tugu Kujang. Sempat mengambil gambar dari atas jembatan. Monumen itu tampil kecil di dalam foto.

Foto Tugu Kujang dari jembatan penyeberangan (dokumen pribadi)
Foto Tugu Kujang dari jembatan penyeberangan (dokumen pribadi)

Sayangnya bangunan tinggi sebuah hotel "merusak" lanskap Tugu Kujang. Menghalangi panorama ke Gunung Salak. 

Gambar Tugu Kujang Bogor dari kribispdr.org
Gambar Tugu Kujang Bogor dari kribispdr.org
Di sebelah kanan Tugu Kujang dari arah terminal Baranangsiang, di sekitar Lawang Salapan Dasakreta menuju Jalan Otto Iskandar Dinata, terlihat puluhan remaja tanggung bergerombol.

Mereka berpakaian mencolok, sebagian berbusana nyentrik, bercengkrama di bawah sepuluh pilar menjulang berwarna putih itu. Bersolek sebagai hendak menghadiri pesta. Bukan untuk jogging atau city walk.

Dari obrolan selintas, anak-anak berusia belasan sengaja datang. Untuk apa? Ya sekadar nongkrong dengan dandanan seronok agar tersohor di media sosial. Mengimitasi "kesuksesan" remaja SCBD.

Beberapa waktu lalu, Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta Pusat dimeriahkan oleh remaja yang konon dari daerah Citayam, Bojong Gede, Depok. Jadilah sebutan SCBD. Bukan akronim dari Sudirman Central Business District, seperti kita kenal selama ini. Tapi Sudirman Citayam Bojong Gede Depok.

Remaja "SCBD" dengan busana nyentrik, berias aduhai, dan bercantik-cantik menjadikan selasar Dukuh Atas, Terowongan Kendal, hingga kawasan Sudirman sebagai catwalk terbuka. Tontonan akhir pekan, yang kemudian disebut sebagai Citayam Fashion Week, mengundang perhatian banyak pihak. Membuat mereka terkenal di media sosial, terutama TikTok.

Wahyu Budi Nugroho, S. Sos., MA, Sosiolog Universitas Udayana, menilai fenomena itu sebagai seni permainan kode dan simbol di kalangan remaja. Atribut sejenis fashion performance yang menunjukkan status dan derajat dalam pergaulan, memberikan informasi tertentu, atau menyuarakan sesuatu (antaranews).

Mengakuri pendapat di atas, Citayam Fashion Week (CFW) adalah pernyataan tentang eksistensi remaja masih tumbuh. Menjadi tersohor. Tak Cuma di media sosial, juga di media massa.

Menjempalitkan keberadaan remaja ibukota yang ekslusif, ngemol, bermobil, berdandan merek branded, menggunakan iPhone, dan gemerlap.

Remaja SCBD datang ke Jakarta tanpa rencana khusus. Mereka mempertontonkan kode-kode dan simbol dengan caranya sendiri di "catwalk" Dukuh Atas. Dan menjadi pembicaraan di berbagai kalangan!

Bahkan CFW menarik perhatian model profesional, seperti Valerie dan Veronica. Keluaran ajang Asia's Next Top Model (AsNTM) putaran 5 itu turut berlenggak-lenggok di catwalk jalanan itu (kompas.com).

Kemudian, melalui saluran-saluran media sosial yang demikian lekas, tontonan tersohor tersebut menggema ke daerah lain. Menginspirasi para remaja yang kemudian bertemu dan nongkrong di sebuah ruang publik Kota Bogor.

Fenomena CFM yang diimitasi. Anak-anak usia belasan tahun datang dari daerah sekitar Kota Bogor, dengan menumpang satu kali angkot, menyatu di Lawang Salapan Dasakreta, Tugu Kujang, jalan Otista. Dengan dandanan heboh, busana menarik perhatian, malah segelintir remaja pria berkosmetik dan mengenakan lipstik. 

Sepertinya mereka baru sekadar nongkrong, belum terjadi kegiatan semacam "fashion show".

Foto Lawang Salapan Dasakreta dari kibrispdr.org
Foto Lawang Salapan Dasakreta dari kibrispdr.org

Bisa jadi mereka juga berharap meraih kepopuleran di media sosial. Bahkan diliput oleh media massa seperti rekan-rekannya di Dukuh Atas. Buktinya, saat mengetahui bahwa saya akan menuliskannya, mereka menjawab dengan antusias.

Sayangnya, saya tidak merekam acara kumpul-kumpul itu. Nanti, lain waktu.

Apakah akan sepopuler pesona CFW di Jakarta? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Patut diduga, geliat anak-anak SCBD di Citayam Fashion Week mulai ditiru. Pesonanya merembes ke remaja sekitar Kota Bogor. Nongkrong di kawasan Tugu Kujang dengan dandanan mencolok dan mengenakan busana meriah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun