"Baik. Terpenting engkau punya ambisi dan kemauan kuat."
Harapan bersemi.
"Begini, baiknya engkau memegang teguh satu prinsip: jangan menjadi medioker agar sukses di kota besar. Jadilah orang sangat baik atau jahat sekali!"
Pria kurus mengangguk tulus.
"Ikuti instruksiku," pria tambun menerangkan pokok-pokok pekerjaan yang harus dijalankan, tanggung jawab, dan aturan main.
Dalam perjalanan, pria kurus mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan pekerjaan. Karier melesak cepat. Melebihi kolega yang lebih dahulu datang.
Tidak butuh waktu lama, pria kurus menjadi kepercayaan utama dari bendaharawan sebuah partai besar, di sebuah republik yang pasti bukan Republik Indonesia.
Tibalah saat mendekati pemilu serentak. Rakyat memilih wakilnya di parlemen, juga kepala daerah dan kepala negara dalam selang waktu sama.
"Partai butuh uang banyak. Sangat melimpah untuk mengongkosi pembelian suara bagi banyak calon," pria tambun menatap wajah pucat pria yang sudah tidak kurus lagi.
Ia berpikir keras, mengingat isi pembicaraan lampau. Di ruang mewah yang sama. Di gedung megah yang juga sama.