Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menatap Sayu Hewan Kurban dan Orang Bakar Sate

10 Juli 2022   19:59 Diperbarui: 11 Juli 2022   01:31 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sate siap disantap oleh blazejosh dari pixabay.com

Tadi pagi melihat hewan hendak dijadikan kurban. Di masjid depan rumah. Maka kegiatan jalan kaki untuk sementara berganti dengan acara menonton hewan menunggu panggilan terakhir.

Foto sapi kurban (dokumen pribadi)
Foto sapi kurban (dokumen pribadi)
Ada 50-60 orang datang lebih awal. Mengelilingi area pemotongan. Para petugas atau panitia kurban sedang mendapat briefing. Tidak lama kemudian acara pemotongan dilaksanakan.

Sesungguhnya terbersit rasa tidak tega, melihat hewan disembelih. Pada dasarnya saya tidak pernah tahan menyaksikan darah mengalir, kecuali dari tubuh sendiri.

Jadi saat itu hanya menyaksikan hewan yang dikurbankan sesaat akan disembelih, seraya melantunkan takbir dalam lirih. Diam melangitkan niat ikhlas.

Ketika golok tajam -- demikian tajam -- keluar dari sarungnya, kepala sontak melengos kepada hijauan pohon pala.

Terdengar suara melenguh putus asa dan napas deras dari kerongkongan sapi. Ada 3 sapi 7 kambing disembelih. Selama itu pula saya tidak berani menengok saat mereka menghadapi sakratulmaut.

Judulnya tidak menonton pemotongan hewan. Tapi menyaksikan sewaktu mereka masih hidup dan setelah diam dikuliti.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, jumlahnya lebih sedikit. Sejam selepas Zuhur potongan daging mulai dibagikan, baik kepada yang berkurban maupun berhak.

Marbot masjid mengetuk pintu, mengantarkan bagian daging untuk yang berkurban. Entah berapa kilogram, rasanya cukup berat.

Daun pepaya segera membungkus daging segar. Pengolahannya akan dipikirkan kemudian. Penting tidur siang dulu.

Sore cerah. Bara api menyala. Di atasnya terletak potongan kecil daging kurban dengan tusukan batang bambu. Sate. Di setiap pelosok bau daging bakar!

Asap putih menyebar, membawa aroma daging panggang yang telah dibumbui. Harumnya membuat bibir mengatup rapat agar tidak menumpahkan air liur. Perut menggeliat. Lapar.

Hati ingin mencomot barang satu dua tusuk. Mumpung masih hangat.... Eits, tunggu dulu!

Menurut informasi kesehatan, daging merah menyimpan lemak jenuh. Diketahui, lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol tidak baik (LDL) di dalam tubuh. Menyebabkan lemak mengendap di arteri, sehingga mengganggu aliran darah ke jantung dan otak.

Bahaya nih. Daging merah merupakan pantangan bagi penderita stroke, selain:

1. Makanan Instan

Makanan cepat saji dan kemasan, seperti mi, keripik kentang, sosis, daging kemasan, dan camilan kemasan mengandung natrium nitrat nitrit. Dapat mengakibatkan pembuluh darah mengeras dan menyempit.

2. Makanan Tinggi Gula

Disarankan makan gula tidak lebih dari 4 sendok makan per hari. Konsumsi melampaui batas dapat merusak pembuluh darah dan menyebabkan kegemukan. Bahaya bagi penderita stroke dan memiliki bawaan penyakit jantung.

3. Makanan Tinggi Garam

Garam mengandung natrium pemicu lonjakan tekanan darah. Peka terhadap terulangnya serangan stroke. Maka, batas harian konsumsi garam adalah satu sendok teh garam.

4. Makanan Mengandung Lemak Jenuh dan Trans

Seperti disebutkan di atas, lemak jenuh dapat meningkatkan risiko stroke menyerang lagi. Sedangkan lemak trans juga bertanggungjawab terhadap serangan stroke, serta menimbulkan risiko berbagai penyakit.

Contoh makanan yang menyembunyikan lemak jenuh: daging merah (sebaiknya diolah tanpa lemak), kulit ayam, produk susu. Makanan bermuatan lemak trans: biskuit, makanan beku, snack, gorengan, fast food, margarin.

5. Minuman Beralkohol

Konsumsi alkohol akan meningkatkan tekanan darah. Penderita stroke sebaiknya berkonsultasi dengan dokter, bila ingin mengonsumsi minuman beralkohol. Ada batasan-batasan ketat.

(Selengkapnya dapat dibaca di sini)

Foto x-banner batas harian konsumsi gula, garam, minyak (dokumen pribadi)
Foto x-banner batas harian konsumsi gula, garam, minyak (dokumen pribadi)

Mengetahui fakta di atas, alhasil saya batal mencomot sate. Juga tidak bakal bisa mencicipi, kala daging kurban diolah menjadi sup daging, semur, dan rendang pada keesokannya.

Cukuplah hari ini, juga pada hari-hari depan, saya hanya melihat dengan mata sendu sapi dan kambing kurban sebelum disembelih Dan menatap sayu pada orang-orang yang sedang menyantap sate.

Aaarghhhh....

Selamat Hari Raya Idul Adha 1444 H. Mohon maaf lahir batin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun