Ketan putih yang telah direndam semalaman disangrai di wajan, lalu ditambahkan telur. Tutup, tunggu sampai kering atau matang. Penjual akan menambahkan bumbu halus yang terbuat dari kelapa parut, cabai merah, kencur, jahe, merica, gula pasir, ebi.
Bumbu tersebut diratakan ke seluruh permukaan ketan, menggunakan bilah pipih dari bambu. Setelah agak mengering, wajan dibalik. Ketan dan bumbu terbakar langsung di atas api. Setelah matang, bawang goreng ditaburkan.
Cara memasak yang unik. Menjadi pertunjukan menarik bagi pembeli.
Saya pun bertanya, "asli Betawi?"
"Bukan. Dari Garut (Jawa Barat)."
Rupa-rupanya ia datang bersama rombongan yang juga penjual kerak telor. Ternyata mereka datang dari jauh untuk meraup rezeki di ibukota.
Kerak telor tidak hanya tersedia selama PRJ. Dan tidak hanya di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, tetapi kita juga dapat menjumpai penganan unik ini di trotoar jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat.
Tidak hanya di situ. Sekitar 50km arah selatan kota yang tidak lama lagi tidak menjadi ibukota itu, di trotoar jalan Tegar Beriman, Cibinong, Kabupaten Bogor, terpergok sejumlah pedagang kerak telor.
Bahan pembentuk, cara membuat, dan rasa sama persis dengan penganan serupa di Jakarta. Penjualnya pun adalah warga yang berasal dari Betawi.