Pendek kata, ada pembeda yang membuat pembeli ingin kembali dan kembali lagi.
"Paling tidak warung kita memiliki satu pembeda agar jualan laris."
Kedua bola mata Vinny berkilau-kilau menyilaukan mata Rudolfo. Ia memeluk mesra tubuh sintal istrinya. Tak lama ranjang kayu berderak-derak.
***
Pulang kerja, Rudolfo tersenyum melihat banyak sepeda motor, tiga mobil pickup, dan satu sedan tua parkir di depan warung. Para pengunjung berkerumun, merubung etalase kaca di mana beragam makanan merangsang selera dipajang.
Telur dadar bertabur bawang goreng; ikan pindang berjajar-jajar; sate ampela bumbu kecap pedas; gulai daging cincang; buncis tumis kecap; urap; sop aneka sayuran; dan lainnya yang tidak perlu disebutkan namanya di sini.
Berpasang-pasang mata para lelaki berusaha menembus kain brokat tipis serta rok batik ketat. Membungkus tubuh ramping memesona berhiaskan bibir bergincu menyala.
Sepanjang masa ia tersenyum manis, melebihi manisnya madu, melayani pesanan berkepanjangan dari para lelaki yang tiada satu pun mampu menahan tetesan air liur. Membasahi baju. Membanjiri lantai semen, lalu keluar mengikis tanah pada halaman dan mengalir deras di selokan menuju sungai.
Sejurus kemudian terdengar suara gembira, "Rudolfo, sini bantu melayani!"
Seorang pengunjung mencubit lembut perut wanita menggemaskan itu. Sontak Vinny cekikikan, "auuwww...tangan kamu nakal deh ih...!!!"
)* Ucapan Archimedes ilmuwan Yunani saat menemukan teori baru.