Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pembeda agar Jualan Laris

19 Juni 2022   07:57 Diperbarui: 19 Juni 2022   08:04 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi warung sepi (dokumen pribadi)

Indah. Burung dari surga di dalam etalase. Siapa jua tidak boleh menyentuhnya. Sebuah keelokan pada kotak kaca tembus pandang mudah pecah.

Rudolfo amat berhitung-hitung dalam meletakkan Vinny. Istrinya adalah pualam yang mudah pecah.

Rumah merupakan tempat aman. Tiada terpikirkan untuk memberinya kesempatan bekerja di kantoran, di mana terdapat banyak kumbang akan dengan mudah terpesona oleh keindahan Vinny.

Demikian pula mengenai tawaran dari pria dan wanita terlalu banyak bicara di hadapan. Mereka memanaskan kursi ruang tamu dengan pembicaraan yang tidak bakal membuat Rudolfo sepaham.

"Tidak. Sekali lagi tidak. Maaf."

"Warung adalah usaha yang mudah diduplikasi. Berbeda dengan bisnis kami. Unik dan tidak bisa ditiru."

Rudolfo berkeras hati. Menolak membuka celah. Dengan tegas ia menghalau tawaran bisnis pemasaran berjenjang produk kesehatan impor itu.

Sanggahan paling pucuk adalah menjaga Vinny agar tidak terhanyut dalam bisnis kumpul-kumpul, baik di dalam maupun di luar kota bermalam-malam. Betapa akan timbul kemungkinan-kemungkinan buruk.

Oleh karena itu, Rudolfo lebih suka jika Vinny mengelola warung nasi milik mereka. Kendati belakangan menurun. Sepi.

"Sudahlah. Tekuni saja usaha yang sudah kita bangun. Meskipun sedikit hasilnya, kita patut bersyukur."

"Tapi Rudolfo, aku bosan dengan kesepian ini. Aku ingin seperti warung lain."

Sejurus terbit pikiran di dalam kepala. Warung nasi mereka menjual menu tidak jauh berbeda dengan warung nasi Mpok Ani. 

Seperti halnya ini juga: satu rumah makan lebih banyak dikunjungi daripada yang lainnya, padahal sama-sama menjual ayam goreng dengan resep serupa. Seperti penjual es loder di halaman masjid yang lebih banyak pembeli, dibanding tukang es loder lainnya.

Boleh jadi tiap-tiap penjual itu memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh pesaing. Sesuatu hal berbeda yang dapat menarik banyak pembeli. Satu pembeda agar jualan laris.

Rumah makan ayam goreng menjadi tersohor dan kemudian ramai dikunjungi, berkat sambal yang tak terlupakan enaknya. Tukang es loder laris karena gerobaknya tampak lebih bersih, dipelitur cokelat bercorak kayu jati.

Warung nasi Mpok Ani menyediakan satu hidangan istimewa, di antara tawaran lain yang biasanya ada di warung nasi sejenis, yaitu: sayur urap daun kencur muda!

Sajian ini tidak ditemui di warung lainnya. Hidangan yang menjadi pembeda. Setiap orang di kota ini, dan juga dari kota-kota lain, berbondong-bondong mencari sayur urap daun kencur muda tersebut.

"Eureka)*....!"

"Kenapa, Rudolfo?"

"Menggagas satu pembeda! Satu pembeda yang bisa membawa warung kita banyak pembeli."

Kemudian Rudolfo menerangkan tentang kriteria satu pembeda dalam usaha kuliner. Bisa karena ada hidangan istimewa, di mana pelanggan tidak menemukan rasa yang sama di tempat lain. Bisa sebab tempat yang berciri khas, juga tampak menarik. Boleh karena keramahan dalam melayani. 

Pendek kata, ada pembeda yang membuat pembeli ingin kembali dan kembali lagi.

"Paling tidak warung kita memiliki satu pembeda agar jualan laris."

Kedua bola mata Vinny berkilau-kilau menyilaukan mata Rudolfo. Ia memeluk mesra tubuh sintal istrinya. Tak lama ranjang kayu berderak-derak.

***

Pulang kerja, Rudolfo tersenyum melihat banyak sepeda motor, tiga mobil pickup, dan satu sedan tua parkir di depan warung. Para pengunjung berkerumun, merubung etalase kaca di mana beragam makanan merangsang selera dipajang.

Telur dadar bertabur bawang goreng; ikan pindang berjajar-jajar; sate ampela bumbu kecap pedas; gulai daging cincang; buncis tumis kecap; urap; sop aneka sayuran; dan lainnya yang tidak perlu disebutkan namanya di sini.

Berpasang-pasang mata para lelaki berusaha menembus kain brokat tipis serta rok batik ketat. Membungkus tubuh ramping memesona berhiaskan bibir bergincu menyala.

Sepanjang masa ia tersenyum manis, melebihi manisnya madu, melayani pesanan berkepanjangan dari para lelaki yang tiada satu pun mampu menahan tetesan air liur. Membasahi baju. Membanjiri lantai semen, lalu keluar mengikis tanah pada halaman dan mengalir deras di selokan menuju sungai.

Sejurus kemudian terdengar suara gembira, "Rudolfo, sini bantu melayani!"

Seorang pengunjung mencubit lembut perut wanita menggemaskan itu. Sontak Vinny cekikikan, "auuwww...tangan kamu nakal deh ih...!!!"

)* Ucapan Archimedes ilmuwan Yunani saat menemukan teori baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun