Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjalanan yang Meremukkan

3 Juni 2022   05:58 Diperbarui: 3 Juni 2022   06:58 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usai mengisi saluran pencernaan dengan makanan enak, giliran tenggorokan dimanjakan dengan sesendok demi sesendok es campur. Lalu menikmati senja dengan pemandangan gadis-gadis cantik di tepi jalan dan di dalam angkot.

Tidak seperti di Jakarta, di mana gadis cantik identik dengan kegemerlapan: dipajang di dalam mobil mewah atau mal megah berhawa dingin. Di Bandung, mata dengan mudah menjumpai mojang geulis berjalan kaki atau naik kendaraan umum.

Ah, sudahlah...

Rudolfo naik ke atas sadel sepeda motor, menghidupkan mesin, dan bersiul di sepanjang jalan Sunda. Menuju hotel. Ingin segera tiba untuk merebahkan badan.

Berbaring sebentar di atas queen large bed beralaskan seprei putih. Merenung. Saat itu baru terasa tulang-belulang bagai berpisah-pisah. Petualangan yang teramat melelahkan.

Melakukan perjalanan jauh dengan sepeda motor sudah lama berlalu ketika masih bujangan. Usia juga tidak bisa bohong.

Ingin dipijat. Agar rileks dan enak tidur pada malam hari ini.

Rudolfo teringat satu ketika yang sangat lampau, dipijat oleh seorang pria berusia mapan. Tenaganya kuat. Pengalaman mengurut urat-urat dan pengetahuan tentang otot-otot sangat mumpuni.

Sehingga Rodolfo merasa segar setelah mendapatkan terapi. Tidur pun sangat pulas.

Saat ini kehendak tidak bersepakat dengan keengganannya untuk keluar kamar dan pergi. Sebuah ketidak-mauan yang bertentangan dengan kebutuhan pijat.

Rudolfo memencet tombol pada pesawat telepon, berbicara sejenak kepada petugas. Kurang dari setengah jam terdengar suara ketukan di pintu kamar, pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun