Gerobak bubur ayam beralih-tempat dari halaman masjid kompleks ke tepi jalan raya. Tidak jauh, namun potensi penjualan lebih menjanjikan.
"Di sini jam sepuluh-an sudah habis. Apalagi pada hari Sabtu Minggu."
Memang biasanya bubur ayam tersebut baru habis setelah Zuhur di tempat semula. Sepi pembeli.
Jalan sepanjang kurang lebih satu kilometer dan selebar sembilan meter itu memang teduh. Memiliki jalur hijau dengan tanaman manggis, pala, dan pohon peneduh.
Sebagian besar panjang jalan diapit oleh kantor-kantor Balai Penelitian milik Kementerian Pertanian dan sedikit rumah/kantor berhalaman luas, kecuali pada ujung jalan arah Utara. Masuk ke bagian timur terdapat perumahan pegawai, di mana keluarga saya tinggal. Lebih ke dalam lagi mendekati bantaran sungai terdapat perkampungan.
Memasuki Jalan Tentara Pelajar ( dahulu dikenal sebagai Jalan Cimanggu), Kota Bogor, adalah menyusuri kesejukan.
Pada tahun 1980-an wilayah tersebut masih sepi. Belum selebar sekarang. Terkenal dengan delman (kereta kayu beroda dua yang ditarik satu kuda), sehingga teman-teman SMA memelesetkannya sebagai Chicago.
Keadaan berubah. Kini tidak tampak delman berseliweran, kecuali pada akhir pekan. Kendaraan lawas itu menjadi angkutan wisatawan di pusat kota.
Pada hari kerja sekitar pukul delapan pagi 50-60 kendaraan berbagai rupa (sepeda motor, mobil, dan truk) melintas di jalur kiri-kanan. Fungsi menghubungkan penghuni sekian perumahan dan klaster dengan pusat kegiatan di kota, membuat jalan itu ramai dilintasi kaum komuter.
Mungkin sedikit berkurang ketika matahari meninggi. Kembali ramai lagi di sore hari atau pada jam-jam sibuk.