Setelah berkeliling sejenak, tidak lebih dari 15 menit, saya berencana kembali ke rumah. Mengambil rute lain, yaitu melalui jalan besar: Jalan Merdeka. Tinggal lurus mengikuti jalur.
Di antara pertokoan gaya lama, terselip sebuah warung nasi yang belum pernah saya lihat. Kebersihannya mendorong saya untuk masuk ke dalam warteg tersebut.
Ruang di dalam cukup luas, sehingga dapat disusun beberapa meja kursi. Aneka lauk dan sayur dipajang di etalase kaca, yang di sekelilingnya terdapat dua bangku kayu panjang. Ciri khas warteg.
Tidak lama kemudian pesanan saya datang. Sup ayam berikut nasi setengah dengan tempe dan perkedel goreng. Menurut ukuran saya, ukuran nasi setengah ya kok kayak sepiring.Â
Sup panas diseruput pelan-pelan. Sesendok nasi menyusul ke dalam mulut diikuti oleh sekerat tempe. Bergantian dengan potongan perkedel.
Eh, ternyata habis. Enak juga. Sup ayam yang menyegarkan. Setelah minum obat pagi, saya menebus hidangan senilai Rp 21 ribu. Tidak rugi hari ini makan di warteg. Harga relatif murah dengan cita rasa nyaman.
***
Dalam perjalanan pulang saya berpikir, alun-alun yang hanya menyediakan ruang terbuka dengan sedikit area permainan, dan pemandangan ke bangunan stasiun, ternyata ramai dikunjungi. Apalagi di destinasi wisata dengan berbagai fasilitas lebih lengkap?
Bisa jadi mereka mencari tempat rekreasi. Memburu atmosfer yang menawarkan hiburan, tempat santai, arena permainan, pemandangan, bahkan kesenangan setelah lelah bersilaturahmi selama Idul Fitri. Liburan ke alun alun Kota Bogor pun jadi, dengan suasana asri ruang hijau terbuka.