Demikian sekilas keterangan mengenai mobil klasik yang meliputi berbagai merek terkenal.
Sobat tadi tertarik untuk membeli BMW klasik. Keinginan itu muncul setelah dalam beberapa hari terakhir ia melihat BMW M40 keren berseliweran.
Oh ya, hobi sebelumnya dari sobat itu adalah merawat Toyota Corolla DX 1980. Kemudian beralih ke mobil-mobil buatan Jepang yang lahir di tahun lebih baru.
Jadi, ia lebih banyak "bergaul" dengan kendaraan bikinan negara matahari terbit. Artinya, BMW klasik merupakan wacana mainan baru.
Memperhatikan hal tersebut, saya memberikan pandangan bahwa bila tidak longgar dalam keuangan sehari-hari, lupakan dulu membeli BMW klasik atau mobil klasik lainnya yang termasuk jarang. Biasanya harga perolehannya mahal. Kalaupun mendapatkan yang "murah", ongkos restorasi bisa menguras kantong.
Oleh karena itu, saya menyampaikan beberapa pertimbangan sebelum sobat itu membuat keputusan:
Pasarannya Gelap
Artinya harga perolehan item dengan kondisi prima sulit ditebak. Harga yang ditawarkan bisa jadi melampaui harga sebuah mobil kompak keluaran terbaru. Atau, kepada peminat bisa saja sang pemilik mobil klasik menjawab, "berani bayar berapa?"
Seperti seorang kawan yang hanya menggelengkan kepala, ketika VW Kodok tahun 1971 miliknya ditaksir seharga 100 juta rupiah. Nilai itu tidak menarik minatnya.
Butuh Biaya Restorasi Tidak Sedikit
Namanya mobil tua, kalau pun didapat dengan harga lebih murah, biaya perbaikan dan renovasi akan menyedot dompet. Tahun 2017, saya membayar jasa mengecat Suzuki Katana sejumlah 20 juta rupiah. Ongkos saja lho!