Pada kesempatan berikutnya, petugas tersebut mengantar ke tempat foto dan perekaman sidik jari. Kembali ke ruangan semula. Menunggu.
Kurang dari dua puluh menit kemudian petugas bersangkutan mengantarkan SIM A dan C baru, meminta agar saya memeriksa kesesuaian.
Setelah menghabiskan minuman, saya beranjak bersama empat petugas penjemput. Dalam perjalanan menuju tempat parkir, Pak Wisnu menelpon.
"Sudah beres? Pak Budi tidak usah memberikan apa-apa. Kalau ada yang meminta uang, lapor saya."
Ternyata, tidak sampai setengah jam saya sudah memperoleh SIM A di C baru.
Seumur hidup itu adalah pengalaman mengurus SIM tanpa melalui pemeriksaan, ujian tertulis, dan ujian praktik. Prosesnya juga cepat dan tidak membutuhkan uang sepeserpun alias gratis.
Namun saya percaya bahwa saat ini pelayanan pengurusan SIM jauh lebih mudah, berbiaya wajar, dengan proses tidak bertele-tele. Tidak seperti pada zaman dahulu.
Apalagi dengan adanya prosedur pembuatan dan perpanjangan SIM online. Semakin keren aja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H