Penggaris kayu memang tidak sekeras gagang sapu atau penggebuk kasur dari rotan, akan tetapi rasa sakit disebabkan olehnya tetap membekas selama beberapa hari ke depan. Membuatnya menjadi bahan ejekan.
Kemudian ayah hanya berkata pendek, "Kasih tahu anakmu."
Syahdan ibu dengan lembut memberi tahu, para pendahulu mengajarkan, juga memberi contoh bahwa mengambil benda tanpa sepengetahuan pemilik, atau penerima yang berhak, adalah pantangan. Mencuri merupakan pantangan.Â
Seterbuka apa pun benda itu berada, kendati tiada sesuatu apa yang melihatnya, pantang untuk menyentuhnya. Itu adalah kejahatan dengan konsekuensi terberat adalah potong tangan. Tiada kecuali.
***
Ayah dan ibu telah lama pindah ke alam sana. Takada lagi yang bakal menghantam tanganku dengan rotan atau kayu. Takada lagi suara lembut yang memeluk, mengajarkan agar hidup lurus hati. Tiada lagi yang bakal tahu atau menjadi alamat bagi orang-orang untuk melaporkan, karena aku mengambil hak mereka.
Namun demikian, aku percaya ayah dan ibu melihat dengan melotot apa yang aku perbuat pada hari ini.
Lantas ada suara mengingatkan agar tidak melakukan perbuatan ini. Sebaliknya, suara lain menjustifikasi bahwa ini perbuatan tidak langsung, di mana aku hanya sebagai penyampai. Pelaku sesungguhnya adalah atasanku. Mau bagaimana lagi?
Amanah. Suatu hal yang dipercayakan kepadaku bukanlah sekadar instruksi dari atasanku, Pak Ganda yang dikenal rajin ke tanah suci. Kantong keresek hitam di bawah kaki merupakan titipan yang mutlak harus disampaikan kepada seseorang yang amatlah penting bagi kelangsungan bisnis milik Pak Ganda.
"Beginilah cara-cara agar memperoleh proyek besar. Bukankah untuk memperoleh ikan kakap mesti melempar umpan besar?"
Selama ini aku tidak pernah terlibat, setidaknya tidak ikut mengetahui, juga belum pernah mendapatkan tugas semacam ini. Tugasku di belakang meja. Menjalankan amanah dengan mengerjakan tugas-tugas kantor sebaik-baiknya dan setuntas-tuntasnya.