"Barangkali lebih tepat, aturan yang mewajibkan. Kesannya, represi merupakan tindakan hukuman karena ada pelanggaran," Ferguso berkomentar dengan kalem.
"Ya sama aja! Pokoknya memaksa!"
Asap berkepul-kepul di sekitar wajah Rudolfo. Puntung baru separuh dibuangnya. Mencabut lagi sebatang dari hard-pack biru. Muka tegangnya mencucup asap.
Ferguso menghela napas. Tangannya mengibaskan kabut putih menghampiri, "tidak rugi membayar iuran. Ketika aku sakit, BPJS menanggung seluruh perawatan akibat infeksi paru-paru."
"Iya kalau sakit. Kalau sehat? Kan rugi bayar terus. Apalagi aku. Empat kepala! Terbebani seratus empat puluh ribu rupiah sebulan. Itu pun yang termurah!"
Lubang hidung Rudolfo mengembang. Menghembuskan asap seraya mendongakkan muka. Para pelanggan warung sedang makan mengangguk-angguk.
"Mpok Yumi geulis, kopi tubruk satu! Biasa, diaduk delapan kali...."
"Kenapa?"
"Itu angka hoki aku. Ayo, dihitung. Jangan bengong aja!"
Rudolfo membuang puntung baru separuh. Mencabut lagi sebatang dari hard-pack biru.
Ferguso mengamati. Dahinya mengernyit, "sehari berapa bungkus? Dulu aku biasa mengisap hampir tiga kotak sigaret dalam sehari. Berhenti kala masuk rumah sakit."