Horizon memerah. Surya terjerembap memeluk malam. Rudolfo datang menggebrak meja. Berujar gusar, "segala hal harus pakai BPJS. Dasar negeri represif!"
"Tenang. Tenangkan dulu dirimu Kisanak," Ferguso memindahkan gelas yang kopinya berguncang-guncang.
"Bagaimana bisa tenang? Ngurus kelakuan baik saja harus melampirkan BPJS."
"Maksudmu, SKCK (singkatan dari: Surat Keterangan Catatan Kepolisian-pen)?"
"Ya. Itu. Sekarang, semua urusan disyaratkan melampirkan BPJS Kesehatan aktif. Padahal sudah lama aku menunggak iuran."
Rudolfo merogoh kantong celana, mengeluarkan hard-pack terbuat dari karton. Menarik ujung pita merah sehingga plastik pada bagian kepala kotak sontak robek. Membuka tutup.
Ujung silinder putih dijepit di antara bibir menghitam. Sementara bagian lain dibakar menggunakan korek api yang tergeletak di atas etalase.
Bersamaan dengan isapan kuat, bara api memerah. Pemantik plastik berwarna biru transparan otomatis masuk ke dalam kantong celana.Â
"Eit, kembalikan! Enak aja main serobot. Pantes korek api aye sering ilang," mata mpok Yumi pemilik warung melompat.
Rudolfo menggerutu, "pokoknya semua urusan pelayanan umum. Termasuk juga dalam syarat jual beli tanah. Bikin susah bagi kita yang tidak mampu membayar iuran. Dasar negeri represif."