Cuaca mendung, sesekali ditandai hujan. Enaknya sih menyantap makanan berkuah. Hangat, segar, dan menggugah selera. Bakso adalah pilihan cepat.
Uap berkepul-kepul dari kuah di mana potongan seledri tenggelam, bawang goreng mengambang. Aromanya membuat pencernaan menggelepar. Ditambah godaan jajaran para pentol.
Kemudian penyuka bakso akan menambahkan kecap, saus tomat, cuka, sambal. Macam-macam selera.
Isiannya pun beragam. Ada yang lebih suka bakso tanpa memakai bihun atau mi kuning. Ada yang memakainya. Yang lain mungkin minta tanpa sayur. Untung tidak ada yang minta tanpa mangkuk.
Sebetulnya, ada berbagai cara menikmati bakso. Ini bukan hasil riset, tapi berasal dari pengalaman sendiri dan orang dekat.
Bening
Bakso dan kuah tanpa atau disertai sajian pelengkap (mi, bihun, kwetiau, sayur) dengan tidak dibubuhi kecap dan/atau saus. Paling ditambah irisan seledri, bawang goreng, sambal, dan cuka (lebih wangi memakai air perasan jeruk limau).
Dengan sajian bening, kuah dan bakso muncul rasa aslinya. Saya paling menyukai cara menikmati bakso dengan gaya ini.
Butek
Tampilan keruh terjadi akibat bakso bening ditambah kecap dan saus. Selera sih. Jumlahnya sesuai dengan keinginan masing-masing penikmat bakso.
Bahkan seorang kawan membubuhkan demikian banyak kecap, saus, dan sambal. Setiap usai makan bakso, keringat pasti bercucuran di wajahnya
Pakai Nasi atau Lontong
Nah ini kesukaan saya. Jika disediakan, saya memilih memakai lontong atau nasi tanpa ditambah bihun/mi/kwetiau. Lebih mengenyangkan. Saya ingat, ada warung bakso di belakang Chase Plaza, Jl. Sudirman Jakarta, menyediakan nasi putih. Entah sekarang.
***Â Â
Satu ketika saya mampir ke satu warung yang bikin penasaran. Tiap melewati ruko terbaca tulisan: Baset Mas Bejo, Bogor.Â
Jual bakso, tapi kayak apa ya modelnya?
Ternyata baset adalah julukan untuk bakso berukuran ekstra besar. Berdiameter sekitar tiga perempat dari mangkuk ukuran 15 sentimeter. Harganya pun dua kali lipat dari harga bakso biasa.
Berhubung khawatir tidak mampu menghabiskannya, saya memesan semangkuk bakso biasa tanpa dibubuhi micin. Bening, dengan bihun, sayur, serta tiga pentol kecil dan satu pentol ukuran sedang.
Cara saya menyantapnya, bihun/mi/kwetiau, sayur, dan kuah dihabiskan terlebih dahulu. Terakhir baru menyantap potongan pentol bakso.
Barangkali para pembaca mempunyai cara tersendiri menikmati semangkuk bakso. Bening? Butek dengan berbagai tambahan kondimen? Memakai nasi atau lontong? Atau tanpa mangkuk alias dibungkus?
Ketika dikunyah, sepertinya komposisi daging lebih terasa dibandingkan dengan bakso di warung lain. Saya bertanya kepada penjual tentang makna baset.
"Baset, singkatan dari Bakso Solo Enak Tenan."
Memang enak tenan. Semangkuk bakso ditebus seharga Rp 15 ribu. Bayarnya memakai saldo hasil Ngompasiana. What a wonderful life!
Jadi, cara menikmati semangkuk bakso bisa bervariasi. Takaran kondimen (kecap, saus, sambal, cuka, dan lainnya) dibubuhkan jumlahnya juga beragam. Terpulang kepada selera masing-masing para penggemar bakso.
Barangkali bab yang tidak baik adalah memaksakan selera kepada orang lain. Apalagi memaksakan kehendak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI