Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menyebabkan Kecelakaan Maut, SIM Dicabut Seumur Hidup

22 Januari 2022   08:55 Diperbarui: 22 Januari 2022   08:58 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepuluh cedera. Tujuh dijemput maut. Pemilik lima mobil berpelat palsu melindas mereka yang tidak berdosa. Menggunakan SUV mewah berwarna merah. Ngeri!

Suara tawa mengambang di udara bersama anyir darah. Arogansi tidak kenal kata maaf terbahak-bahak menyaksikan bapak-bapak, ibu-ibu, remaja, dan anak-anak bergelimang darah di jalanan. 

Di antaranya, tangan atau kakinya patah. Mengerang, meraung-raung kesakitan dalam tangisan. Sisanya diam menghadapi kematian.

Pria bertubuh tambun berseri-seri di balik kemudi mobil merah, bersimbah darah pada bumpernya yang penyok sana-sini. Ia memindahkan tuas persneling ke posisi R, lalu ke D, dan menindas pedal gas sedalam-dalamnya.

Mesin SUV merah berteriak kencang, melesat ke arah selatan dengan membawa bercak-bercak masih basah. Sebagian memercik tertiup akselerasi tenaga gahar. Meninggalkan noktah-noktah di atas hamparan mulus berwarna kelam

Para penonton terperangah. Beberapa meminggirkan korban-korban, menutup dengan koran dan selimut untuk menghangatkan dari dinginnya gerimis. Beberapa menelepon ambulans, aparat kepolisian, dan petugas pemadam kebakaran.

Beberapa merekam, baik mengambil gambar secara statis maupun dinamis, lalu mengunggah ke Facebook, YouTube, dan media sosial dengan harapan menjadi viral. Demi mencetak jumlah viewers terbanyak.

Dalam hitungan menit foto-foto dan video amatir itu menyebar ke ratusan WhatsApp Group. Diteruskan lagi oleh anggota-anggota grup tidak berhati. Mereka yang terbiasa meneruskan gambar viral tanpa saringan akal.

Seorang mencatat nomor pelat mobil penyebab kecelakaan maut.

Setengah jam setelah memperoleh laporan, berturut-turut datang: petugas medis, petugas pemadam kebakaran. Terakhir, pasukan bersepatu lars berpakaian juga bersenjata lengkap, yang dengan sigap mencoret-coret aspal, mengukur, mengambil gambar-gambar, mencatat, dan berdiskusi.

Seusai mereka melakukan olah TKP, barulah petugas medis mengurus korban luka-luka dan jenazah. Lantas mengusungnya ke dalam ambulans beriringan. Tak lama sirene meminta jalan. Semakin lama gemanya mengecil.

Sementara itu petugas pemadam kebakaran mulai menyingkirkan rongsokan mobil ringsek, sepeda motor remuk, dan becak sudah tidak berbentuk. Dengan alat kecil dan alat besar. Oh ya, petugas dinas perhubungan juga datang, membawa kendaraan derek.

Petugas kepolisian menyebar, mengaduk seluruh isi kota, mencari keberadaan SUV merah yang lenyap ditelan keramaian dan gedung-gedung angkuh. Berkat catatan pelat nomor disertai kejelian aparat, mobil mewah tersebut ditemukan di parkiran lantai bawah gedung Nusantara.

Namun petugas terperangah. Terdapat lima SUV mewah berwarna merah. Merek sama. Jenis serupa. Pelat nomor sama persis. Untungnya, bumper yang penyok sana-sini membawa bercak-bercak mengering, belum diganti. Para petugas tersenyum lega.

Tiga di antaranya beranjak menuju pintu lift. Menekan tombol berangka 7. Para petinggi tersebut menuju sebuah pintu mahoni. Mengetuk-ngetuk.

Seorang gadis berkacamata, berpakaian formal, tapi rok span dikenakannya terlihat terlalu pendek, membuka pintu. Seusai mengenalkan diri sembari menyampaikan maksud kedatangan, tiga pria itu memasuki sebuah ruangan mewah dengan interior serba kayu mahoni.

Seorang pria tambun bangkit dari kursi kulit buatan Italia. Wajah pias menyilakan para tamu untuk duduk.

"Maaf, mengganggu waktu bapak."

Dengan gagap menjawab, "ada yang bisa dibantu?"

"Dari laporan warga. Dari gambar rekaman CCTV di persimpangan jalan, dan dari video amatir yang viral, terbukti kendaraan yang dikemudikan oleh bapak telah menyebabkan kecelakaan maut."

Hening.

"Kami juga memperoleh temuan baru, sehingga ada dua kasus pelanggaran hukum hendak disampaikan. Satu: menjadi penyebab lakalantas)* dengan korban jiwa dan luka. Dua: pemalsuan pelat nomor kendaraan."

Wajah pria tambun tambah pucat.

"Sanksinya berat. Dicabut SIM)** seumur hidup, hukuman penjara, dan denda."

Pria tambun melepaskan jas, berdiri, berjalan dengan lamban, dan menggantungnya di stand hanger terbuat dari kayu, "bisa dikondisikan, tidak?"

Tiga petinggi saling berpandangan. Bingung. Seorang pria, bisa jadi berpangkat paling tinggi, mengangguk samar.

"Baiklah jika demikian bapak yang terhormat. Jadi, untuk menebusnya, berani berapa"

Catatan:

)* Lakalantas: kecelakaan lalulintas

)** SIM: Surat Izin Mengemudi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun