Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Naik Bus Malam ke Bali

24 Desember 2021   05:58 Diperbarui: 24 Desember 2021   06:01 9563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada saatnya bus malam memampiri terminal Pulo Gadung. Lapor dan menjemput dua penumpang yang telah memesan tempat duduk.

Senja merupakan pemandangan indah sebelum jalan tol Cikampek habis. Seiring dengan hilangnya sinar merah di horizon barat, bus malam parkir pada halaman sebuah rumah makan besar di Sukamandi. Di sebelah kiri dan kanannya parkir bus-bus serupa dengan mesin menyala.

Para penumpang menggeretakkan tulang belulang, lalu keluar untuk bersantap malam menggunakan kupon. Jatah makan yang tersedia rasanya so-so, tapi karena perut sangat lapar ya habis juga.

Selepas makan malam, sopir kedua mengambil alih kemudi. Jalur Pantura yang dikenal kejam dilibas dengan mudah. Bus malam melesat. 

Di sisi jalan kiri hanya sebentar, mencuri kesempatan untuk menyalip truk tronton berjalan seperti keong. Kebanyakan berada di badan jalan bagian kanan. Celah sedikit adalah peluang membalap kendaraan-kendaraan yang ketakutan dengan kehadiran raja jalanan.

Bus meliuk-liuk bak kelelawar melayang cepat menyambar sasaran. Penumpang terguncang-guncang. Sebagian tampak tidur atau pura-pura memejamkan mata. Sebagian lagi tampak tegang, turut mengawasi jalanan yang disoroti lampu kendaraan.

Ketika melalui jalan nasional dua arah, penumpang menahan napas. Wajah bus berjarak kurang dari seperempat meter dari pantat bus di depan. Goyang kiri kanan berancang-ancang menyalip. Begitu ada celah, sopir bus menekan tuas lampu sein kanan lalu memendam pedal gas.

Lampu high-beam (dim) dari kendaraan kecil berkejap-kerjap putus asa, pontang-panting menerjang bahu jalan bergelombang menghindari terkaman bus. Satu sepeda motor terperosok ke selokan, pengendaranya mengacungkan kepalan tangan.

Laksana melihat film laga melalui layar lebar. Bangku tempat dudukku berada di hadapan kaca depan yang lebar. Aku juga merasa seperti menaiki mobil reli, di mana kondektur memberikan navigasi kepada pengemudi agar menambah kecepatan.

Sejak saat itu pula waktu yang ku rencanakan untuk beristirahat telah lenyap. Diganti oleh pertunjukan menegangkan selama perjalanan malam. Sedikit bernapas lega, saat bus menepi di daerah Pati.

Sebagian besar penumpang terlelap. Aku dan segelintir penumpang mengekor para awak bus menuju sudut trotoar. Pada pagi paling buta aku menyegarkan badan dengan se-pincuk nasi gandul dan sepotong tempe goreng. Bayar masing-masing. Ia tidak termasuk akomodasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun