Atau bisa jadi, karena saya mainnya kurang jauh!
***
Di hadapan terhidang dua mangkuk. Satu berisi empat bakso berukuran kecil dikawal satu pentol besar. Sedangkan mangkuk lainnya berisi kwetiau dibumbui minyak ayam, merica, kecap asin, kecap manis. Kedua-duanya ditaburi bawang goreng dan irisan seledri.
Tidak tercium aroma. Hidung masih mampat. Namun bisa dipastikan ia berbeda dengan bebauan soto gebrak atau soto rempah.
Namun, kuah panas dengan kepulan uapnya merangsang hidung untuk bernapas lebih lega. Rasanya lumayan enak untuk ukuran warung bakso sederhana.
Dengan demikian, misi pagi itu tercapai. Melemaskan otot-otot dengan berjalan kaki. Menghirup udara segar. Menyerap sinar pagi menyehatkan.
Juga berkesempatan menyantap kwetiau yamin hangat sebagai pereda hidung tersumbat. Mampu menebus kerinduan rasa, kendati berbeda dengan produk Yun Shin.
Pada kesempatan lain, saya akan menjajal olahan Yamin di rumah makan tersebut yang masih bertahan sampai saat ini. Sekarang, yang terutama, berupaya agar tubuh sehat seperti semula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H