Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Long Tail, Bisnis Gengsi yang Menjanjikan juga Memprihatinkan

7 Desember 2021   20:07 Diperbarui: 8 Desember 2021   08:20 1420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto hidup hedonis oleh Yasin Gndogdu dari Pexels

Selanjutnya Rena menyatakan, kondisi psikologis tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:

  1. Peer Group Pressure. Suatu keinginan berpikir dan berperilaku serupa agar diterima oleh kelompoknya.
  2. Pengalaman Disepelekan. Mungkin saja awalnya seseorang hidup bersahaja, tetapi kemudian merasa banyak orang memandangnya dengan sebelah mata. Menyepelekannya. Agar pengalaman tersebut tidak terulang, ia mengubah gaya hidupnya agar mendapatkan pengakuan.
  3. Ingin Mendapat Perhatian. Bercermin kepada seseorang dengan gaya hidup mewah yang begitu diperhatikan, dilayani, dan diistimewakan. Maka motifnya agar mendapatkan perlakuan yang sama.
  4. Bawaan Karakter. Tidak memiliki konsep diri yang kukuh --rendah diri---sehingga cenderung menjadi pengikut orang bergaya hedonis. Mudah terbuai lalu mengikuti gaya hidup melampaui kemampuan.

Artinya, apabila kondisi psikologis ini tidak dikelola dengan elok, maka berpotensi menimbulkan masalah-masalah serius. 

Misalnya: Memaksakan diri untuk mengadakan benda-benda selain dari kebutuhan utama; Berlaku emosional ketika tidak mendapatkan perhatian sesuai keinginan; Paling buruk adalah melakukan tindakan kriminal (pencurian, penggelapan, bahkan korupsi).

***

Jadi model bisnis long tail penyewaan barang-barang kebutuhan personal yang spesifik dan unik, merupakan peluang menjanjikan bagi pelaku usaha. Konsep usaha ini juga menjadi katup pelampiasan (release valve) pertikaian batin individual.

Sebaliknya ia menyimpan letupan-letupan yang memprihatinkan secara emosional, bahkan memicu perbuatan kriminal, bila tidak dikelola dengan cermat. Beda halnya dengan mereka yang memang telah mencapai tingkatan sosial cukup untuk hidup mewah. 

Kalau tidak?

Lebih baik hidup nyaman dan aman dengan bersyukur atas segala karunia diberikan oleh Maha Pemilik Kekayaan. Berapa pun nilainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun