Secara umum, bangunan baru berdinding bersih, lantai keramik putih, rasanya cukup nyaman dan aman bagi kami berdua. Kendati aku tidak setiap saat dapat menemani. Salah satunya, karena kesibukan di kantor.
Terletak di pinggiran kota, lingkungan sekitar tidak terlalu padat. Warga kebanyakan adalah pendatang. Tidak terlalu usil terhadap kehidupan tetangga. Beda dengan penghuni di kompleks perumahan.
Bayar sewa cukup tiap bulan, sesuai dengan tanggal pertama kali masuk. Beda dengan hunian di kompleks, yang biasanya, harus membayar angsuran tiap awal bulan kepada bank.
Namun demikian, saat ini keuntungan-keuntungan tersebut tidak mampu menahan wanita kucintai pulang kembali ke kotanya. Kota kecil masih asri.
Berkumandang sebaris bait lagu di dalam kepala, pulangkan saja aku pada ibuku dan ayahku.)*
Mata sembab menunduk, "aku pamit."
Langit senja mengiringi wanita menenteng koper berwarna cokelat terang menuju mobil jemputan. Transportasi daring membawanya ke cakrawala berwarna lembayung.
Barisan awan putih menyingkir. Angin bertiup kencang, daun-daun dari pohon angsana berguguran. Mengotori permukaan bumi.
Langit redup menuntun matahari menuju kelam, melirik rasa sendu membayang di wajahku. Burung-burung menyanyikan lagu pilu. Aku segera berbalik, sebelum kelelawar keburu menyergap kepala pening.
Bukan kembali ke kantor. Sejenak aku ingin melupakan kertas-kertas menumpuk di meja kerja. Besok saja aku bereskan!
***