Anak laki-laki muda belia itu irit bicara. Sesekali bersuara rendah kepada warga yang bertanya-tanya. Setelah itu mereka berlaku takzim sambil berucap, "oh cucunya Den Arjeh.")*
Saya tidak tahu namanya. Anak siapa. Rumahnya di mana, juga sekolahnya. Ia demikian pendiam, tidak ada informasi apa pun yang dapat digali tentangnya.
Saya pun tidak pernah menanyakan perihal keberadaannya kepada kakek atau nenek.
Bisa jadi ia tidak bersekolah. Mengingat pada zaman itu lazim anak-anak bersahaja di perkampungan tidak mengenyam pendidikan.
Sampai sekarang masih menjadi misteri bagi saya. Hanya ingat perilaku dan kebaikannya.
Secara umum, anak laki-laki itu berlaku santun, ringan tangan, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas. Barangkali memang karakter umum ART tempo dulu. Setia.
Saya tidak pernah mendengar cerita kakek-nenek gonta-ganti ART. Termasuk ART belia tersebut.
Siapa pun ia, semoga saat ini senantiasa dikaruniai kesehatan dan kesejahteraan. Bila masih ada.
Demikian catatan (diary) selintas, pengalaman dikawal dan diawasi oleh ART belia ketika saya masih kecil.
)* Den Arjeh berasal dari julukan Raden Arya
Baca juga: Kenangan Manis Bersama ART Muda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H