Nase Serpang. Satu pilihan menu sarapan yang banyak terdapat di trotoar depan Pecinan (pertokoan di pusat kota). Terdiri dari nasi putih dengan tujuh macam lauk ukuran kecil (sambal tongkol, rambak, pepes udang, telur, sambel goreng daging, bihun goreng, dan lainnya), penampilan nase serpang lebih mendekati nasi kucing. Harganya pun terjangkau.Â
Sate Lappa. Berbeda dengan biasanya, bumbunya berwarna merah dan terasa pedas gurih. Sate terbuat dari daging sapi ini menjadi alternatif sarapan dan brunch, karena dijual sekitar pukul 9-10 pagi.
Nasi Amboina. Nasi campur di warung sebelah Masjid Jami depan alun-alun ini menyajikan kelezatan tiada terkira. Hidangan yang juga dijuluki sebagai nasi petis (meski tidak ada campuran petis) berisi pilihan daging dan jeroan dengan kuah gurih, telur rebus, bihun goreng, dan sambal.Â
Nah, sambalnya lain dari yang lain. Ulekan cabai rawit merah, garam, dan bumbu yang tidak saya tahu memberikan rasa yang tiada duanya. Tidak ada bandingannya sampai sekarang.
Rujak Cingur. Berbeda dengan rujak sejenis dijual di Malang yang cenderung manis, rujak cingur Bangkalan lebih banyak menggunakan petis ikan. Isinya sama, yaitu: sayur matang, timun, bengkuang, kedondong, tahu tempe goreng, dan cingur (bagian mulut) sapi. Rasanya gurih asin.
Rawon Socah. Terletak antara Bangkalan dan Kamal, di kecamatan ini terdapat penjual rawon terenak di dunia, menurut saya. Dagingnya empuk banget. Warna dan rasa kuahnya gurih alami tanpa tambahan penyedap.
Nasi Campur dan Sate Serundeng. Jangan bayangkan seperti nasi rames. Isinya sangat sederhana. Cuma nasi putih, daging atau jeroan goreng, sambal (rawit merah diulek dengan garam), kadang ditambah bihun goreng, dan ditemani semangkuk kaldu daging (sepertinya hanya dibumbui garam, jahe dan bawang putih bakar). Begitu saja rasanya sudah selangit.
Sedangkan sate serundeng merupakan sate sapi berbumbu serundeng kelapa parut dengan bumbu kuning. Saya belum pernah mencoba, karena begitu tiba di warung makan terletak di Nah (Tanah) Merah itu selalu kehabisan. Padahal masih jam sebelas pagi. Sebelum pukul satu siang, giliran nasi campur habis terjual.
Bebek Sinjai. Mungkin kelahirannya lebih baru dari penjaja tradisional lainnya, tapi rumah makan ini hanya menyediakan satu menu: bebek goreng. Berbeda penyajian dengan yang lain, bebek goreng Sinjai dipotong kecil-kecil. Kita tidak bisa memilih bagian paha, dada, atau lainnya.