Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Menjelajahi Surga Kuliner di Timur Pulau Jawa

16 November 2021   09:57 Diperbarui: 16 November 2021   22:25 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi: Pia (Alifa Diani Putri)/Soto Lamongan Cak HAR 

Angan melayang, membayangkan sebuah surga kuliner selepas obrolan (chat) melalui WA, "Pak, Pia mau ke Bali tanggal 20 ini. Mampir dulu di Bangkalan. Besok bakda subuh terbang ke Surabaya"

Mendarat di Bandara Juanda, rencananya ia melanjutkan perjalanan darat melewati Jembatan Suramadu. Sebelum itu, mampir untuk sarapan Soto Ayam Lamongan Cak HAR di Sukolilo. 

Ah betapa nikmatnya, begitu menginjakkan kaki di Kota Pahlawan langsung makan enak. Sayangnya, putri saya cuma mengirim fotonya. Hiks.

Sekitar satu seperempat jam kemudian ia tiba di Kabupaten Bangkalan, Madura. Letaknya di ujung barat dari Pulau Madura. Dipandang dari Jakarta, kota santri itu berada di arah timur.

"Di dalamnya tersimpan 'surga' kuliner yang sebaiknya dijelajahi, selain mengunjungi kerabat," demikian pesan disampaikan kepada putri saya.

Pada suatu tayangan acara wisata kuliner, Almarhum Bondan Winarno sempat menyebut Bangkalan sebagai surga kuliner. Saya lupa hidangan apa sedang disantap, waktu beliau mengucapkannya. 

Menurut saya, ada beberapa makanan yang dapat menegaskan kembali pernyataan di atas. Mari kita bongkar ingatan tersebut.

Bubur. Setelah subuh tersedia bubur terbuat dari beras tanpa macam-macam taburan seperti lazimnya di sini (Bogor dan sekitarnya). Kita harus buru-buru berangkat ke tempat penjualan dekat alun-alun. Sekitar pukul setengah enam biasanya sudah tandas.

Ditempatkan dalam pincuk (wadah dari daun pisang) dan sendok terbuat dari daun pisang dilipat, bubur nasi berwarna putih bersih mengisahkan tentang rasa gurih tanpa ruwetnya taburan. Sampai saat ini saya tidak bisa menemukan bandingannya.

Tajin Sobih. Mirip dengan bubur sumsum, tajin ini terdiri dari tiga warna: putih, cokelat, merah muda. Campuran ketiganya disajikan dalam pincuk dan disiram cairan gula merah. Diciduk dengan sendok daun pisang, tajin Sobih terasa lembut di mulut, di mana lidah mencecap gabungan gurih dan manis.

Nase Serpang. Satu pilihan menu sarapan yang banyak terdapat di trotoar depan Pecinan (pertokoan di pusat kota). Terdiri dari nasi putih dengan tujuh macam lauk ukuran kecil (sambal tongkol, rambak, pepes udang, telur, sambel goreng daging, bihun goreng, dan lainnya), penampilan nase serpang lebih mendekati nasi kucing. Harganya pun terjangkau. 

dokumentasi pribadi: budi susilo/nasi serpang
dokumentasi pribadi: budi susilo/nasi serpang

Sate Lappa. Berbeda dengan biasanya, bumbunya berwarna merah dan terasa pedas gurih. Sate terbuat dari daging sapi ini menjadi alternatif sarapan dan brunch, karena dijual sekitar pukul 9-10 pagi.

dokumentasi pribadi: budi susilo/sate lappa merah
dokumentasi pribadi: budi susilo/sate lappa merah

Nasi Amboina. Nasi campur di warung sebelah Masjid Jami depan alun-alun ini menyajikan kelezatan tiada terkira. Hidangan yang juga dijuluki sebagai nasi petis (meski tidak ada campuran petis) berisi pilihan daging dan jeroan dengan kuah gurih, telur rebus, bihun goreng, dan sambal. 

Nah, sambalnya lain dari yang lain. Ulekan cabai rawit merah, garam, dan bumbu yang tidak saya tahu memberikan rasa yang tiada duanya. Tidak ada bandingannya sampai sekarang.

Rujak Cingur. Berbeda dengan rujak sejenis dijual di Malang yang cenderung manis, rujak cingur Bangkalan lebih banyak menggunakan petis ikan. Isinya sama, yaitu: sayur matang, timun, bengkuang, kedondong, tahu tempe goreng, dan cingur (bagian mulut) sapi. Rasanya gurih asin.

Rawon Socah. Terletak antara Bangkalan dan Kamal, di kecamatan ini terdapat penjual rawon terenak di dunia, menurut saya. Dagingnya empuk banget. Warna dan rasa kuahnya gurih alami tanpa tambahan penyedap.

Nasi Campur dan Sate Serundeng. Jangan bayangkan seperti nasi rames. Isinya sangat sederhana. Cuma nasi putih, daging atau jeroan goreng, sambal (rawit merah diulek dengan garam), kadang ditambah bihun goreng, dan ditemani semangkuk kaldu daging (sepertinya hanya dibumbui garam, jahe dan bawang putih bakar). Begitu saja rasanya sudah selangit.

Sedangkan sate serundeng merupakan sate sapi berbumbu serundeng kelapa parut dengan bumbu kuning. Saya belum pernah mencoba, karena begitu tiba di warung makan terletak di Nah (Tanah) Merah itu selalu kehabisan. Padahal masih jam sebelas pagi. Sebelum pukul satu siang, giliran nasi campur habis terjual.

Bebek Sinjai. Mungkin kelahirannya lebih baru dari penjaja tradisional lainnya, tapi rumah makan ini hanya menyediakan satu menu: bebek goreng. Berbeda penyajian dengan yang lain, bebek goreng Sinjai dipotong kecil-kecil. Kita tidak bisa memilih bagian paha, dada, atau lainnya.

Tidak basah, dagingnya yang kering memberikan rasa gurih khas bebek. Disantap bersama irisan timun dan sambal rawit, beuh... enaknya tidak bisa disamakan dengan olahan bebek goreng lainnya.

Sate Manis. Dengan wadah bambu disangga di kepala, ia biasa dijajakan oleh ibu-ibu pada sore hari. Jajanan ini. Ya, sate ini sejenis camilan sore, dimakan tanpa lontong atau nasi. Tidak ditambahkan bumbu kecap atau kacang, sate matang sudah enak dengan rasa gurih manis. Selintas mirip sate Maranggi di Cipanas tanpa tambahan bumbu oncom.

Aneka Sate dan Gule. Kalau malam, kita bisa berjalan-jalan ke Pecinan atau depan eks-bioskop Purnama. Di sana terdapat sate sapi dan kambing, juga gule yang legendaris. Salah satunya, Sate Ma' Cenneng (Ma', dibaca Mak, bukan berarti emak-emak, tapi seorang pria tinggal di Kranan yang memelihara dan memotong kambing, lalu menjualnya dalam bentuk sate dan gule.

Zaman dulu, sate di Bangkalan terbuat dari daging sapi dan kambing. Pilihan daging ayam adalah wujud toleransi selera ketika mereka berjualan di luar pulau Madura. Bumbunya pun merupakan penyesuaian terhadap lidah pembeli di perantauan. Bumbu sate Madura yang masih asli dibubuhi sedikit petis sebagai penyedap alami.

Apa lagi ya? Sebetulnya masih banyak menu yang unik dilahap mata dan enak disantap, semisal:

  • Kaldu Kokot (sop kikil dengan kacang hijau, petis, kacang ulek);
  • Soto;
  • Telur Petis;
  • Nasi Jagung;
  • Espaes (pais, pepes) Jengkang (sejenis kepiting kecil berkulit lunak yang hidup di sela hutan bakau. Terasa luar biasa gurih);
  • Aneka olahan hasil laut;
  • Topak Ladheh;
  • Dan lain-lain.

Baca juga: Topak Ladheh, Hidangan Lebaran yang Tidak Ada di Pasaran

Ada demikian banyak jajanan, penganan, dan hidangan yang unik dan enak di Kabupaten Bangkalan. Sehingga tidak mengherankan, bila Almarhum Bondan Winarno menyebutnya sebagai Surga Kuliner.

Sebuah surga Kuliner di bagian timur yang terpisah dari Pulau Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun