Ia dibawa waktu masih berusia sangat muda. Di dalam keranjang pembungkusnya terdapat persediaan makanan, berupa cabai rawit merah berukuran lebih kecil dari biasanya. Kemudian diketahui, rawit tersebut luar biasa pedas.
Sebagian darinya disemai, sisanya untuk persediaan makanan. Sambil melatih burung kecil agar terbiasa memakan cabai lokal atau pakan alternatif.
Semakin besar semakin kelihatan kepandaian meniru suara manusia atau suara-suara menonjol yang sering terdengar. Ya. Ia adalah Burung Beo (Gracula).
Ia burung "berbicara" yang cepat belajar. Kata-kata unik yang kerap diperdengarkan dalam nada keras akan ditirukannya dengan sempurna.
Tingkahnya pun menggemaskan. Bila dilepas dari kandang, ia tidak mau terbang jauh. Malahan senang bertengger di pundak atau lengan.
Kalau akan diberi makan, tingkahnya seperti anak-anak. Membuka paruh sambil merengek dan mengepakkan sayap. Tapi kalau makanannya ditarik, ia tampak kesal. Mengeluarkan suara seperti orang kecewa.
Itu yang membuat kami senang dan menganggap sebagai anggota keluarga. Lain perlakuan kami terhadap hewan peliharaan lainnya.
Badannya lebih langsing. Lebih tampan dan terlihat perilakunya lebih cerdas. Penampilannya berbeda dengan burung Beo dijual di pasar.Â
Kalau malam dimasukkan ke dalam rumah, dengan kandang diselubungi kain penutup. Pagi-pagi dikeluarkan, diberi semangkuk air. Bukan untuk minum, tapi untuk mandi.
Burung Beo memang senang bermain-main dengan air. Siangnya berjemur sampai kering. Demikian rutinitas yang dijalani burung Beo.
Sampai terjadinya peristiwa menyedihkan.