Ada cemas ketika langit biru berubah kelabu. Arak-arakan awan putih terhempas. Bergemuruh; kilatan listrik di udara beruntun-runtun, membawa getar-getar.
Titik-titik air berjatuhan. Rintik membasuh bunga-bunga. Daun-daun maple melambai-lambai; sebagian darinya nelangsa, jatuh terlentang di atas tanah tanpa daya.
Sayap-sayap mengepak, melantingkan burung-burung menembus awan, menukik, lalu hinggap pada dahan terlindung dari curahan. Bersuka-cita dalam kicau menahan gigil.
Senja, gerimis, hijauan dedaunan, tanah basah, suara rintik di balik nyanyi burung, dan udara dingin mengorkestrasi pertunjukan alam nan indah tiada terkira.
Berbaring tanpa daya, Dimas menyaksikan panorama indah dari balik kaca jendela. Matanya memandang figur memesona yang selama ini dirindukan, juga mencetuskan rasa sesal tak berkesudahan.
Berpayung, sesosok wanita anggun --elok melampaui sekalian keindahan alam---melangkah masuk ke rumah putih besar berpintu-pintu. Di samping wanita cantik, seorang gadis cilik berjalan menenteng sekeranjang buah.
"Engkau masih ingat kesukaanku," Dimas beringsut bangun.
Wanita anggun bersenyum indah menghamparkan tubuhnya di satu-satunya kursi; gadis cilik melompat ke atas ranjang, bergelayut manja. Sebuah kecupan pada ubun-ubun membuatnya tertawa riang.
"Besar ya? Mestinya ia sudah kelas empat."
Sekali lagi, wanita anggun mengembangkan bibir. Senyum yang pernah membuat Dimas bertekuk lutut. Gerak tawa tanpa suara yang kian cantik di mata pria penuh rasa bersalah, karena pernah menyia-nyiakannya.
Dimas menghela napas. Betapa, setelah merakit bahtera untuk mengarungi samudera kehidupan, ia mengecewakan wanita anggun yang sekarang kian cantik di matanya.
Dimas merasakan penyesalan mendalam, telah melakukan sebuah kesalahan tidak terpikirkan dengan baik-baik lebih dahulu. Ia menerima akibat yang menyembilu.
Sebuah sebab yang membuktikan kebenaran ungkapan: bahwa jikalau engkau memberi (seorang wanita) sampah, maka siap-siaplah menerima satu ton kotoran.)*
Ingin rasanya menulis ulang kisah kehidupan dari awal, membangun kebahagiaan, berjalan lurus penuh kesetiaan dengan mengabaikan godaan-godaan sesat yang bersifat sesaat.
Ah. Sekali lagi Dimas menghela napas. Denyut-denyut dalam dada membuatnya sesak. Meski sebentar, sekarang ia menikmati kebahagiaan.
Perjalanan jarum panjang memutari seperempat bidang penunjuk waktu terasa singkat. Kilat mengerjap, menerangi dengan cahaya kebahagiaan, walau sekejap.
"Pamit dulu ya. Semoga lekas baik," tuturan lembut meluncur dari bibir indah wanita anggun, yang kian cantik di mata pria penuh rasa bersalah karena pernah menyia-nyiakannya.
Dimas memeluk gadis cilik dengan erat. Jauh di lubuk hati, ia ingin merengkuh perjumpaan agar jangan berakhir. Namun apa daya tangan tak sampai.
***
Dari balik kaca jendela berembun, senja temaram menyajikan panorama alam nan indah. Dimas memandang persona yang selama ini dirindukan memasuki Audi A6 berwarna hitam.
Kaca pintu mobil sedan membuka bidang bagi tangan gadis cilik agar bebas melambai-lambai.
Ruang yang juga memperlihatkan senyum indah wanita anggun. Di sebelahnya, seorang pria tampan menyeringai sinis kepada Dimas yang hatinya teriris-iris.
)*So if you give her any crap, be ready to receive a ton of shit - Sir William Gerald Golding, novelis.
Catatan: Judul dipungut dari lagu November Rain, dipopulerkan oleh Guns N' Roses
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI