Sekali lagi, wanita anggun mengembangkan bibir. Senyum yang pernah membuat Dimas bertekuk lutut. Gerak tawa tanpa suara yang kian cantik di mata pria penuh rasa bersalah, karena pernah menyia-nyiakannya.
Dimas menghela napas. Betapa, setelah merakit bahtera untuk mengarungi samudera kehidupan, ia mengecewakan wanita anggun yang sekarang kian cantik di matanya.
Dimas merasakan penyesalan mendalam, telah melakukan sebuah kesalahan tidak terpikirkan dengan baik-baik lebih dahulu. Ia menerima akibat yang menyembilu.
Sebuah sebab yang membuktikan kebenaran ungkapan: bahwa jikalau engkau memberi (seorang wanita) sampah, maka siap-siaplah menerima satu ton kotoran.)*
Ingin rasanya menulis ulang kisah kehidupan dari awal, membangun kebahagiaan, berjalan lurus penuh kesetiaan dengan mengabaikan godaan-godaan sesat yang bersifat sesaat.
Ah. Sekali lagi Dimas menghela napas. Denyut-denyut dalam dada membuatnya sesak. Meski sebentar, sekarang ia menikmati kebahagiaan.
Perjalanan jarum panjang memutari seperempat bidang penunjuk waktu terasa singkat. Kilat mengerjap, menerangi dengan cahaya kebahagiaan, walau sekejap.
"Pamit dulu ya. Semoga lekas baik," tuturan lembut meluncur dari bibir indah wanita anggun, yang kian cantik di mata pria penuh rasa bersalah karena pernah menyia-nyiakannya.
Dimas memeluk gadis cilik dengan erat. Jauh di lubuk hati, ia ingin merengkuh perjumpaan agar jangan berakhir. Namun apa daya tangan tak sampai.
***
Dari balik kaca jendela berembun, senja temaram menyajikan panorama alam nan indah. Dimas memandang persona yang selama ini dirindukan memasuki Audi A6 berwarna hitam.